Jumat, 24 Mei 2013

METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN


PENELITIAN KUANTITATIF 

BAB I
PENDAHULUAN
           Penelitian adalah suatu usaha untuk menjelaskan sebuah gejala dengan cara menghubungkan berbagai variabel berdasarkan kaidah tertentu dalam kaidah ilmu pengetahuan. Tujuan dari diadakannya sebuah penelitian adalah untuk menjawab pertanyaan, mengklarifikasi ilmu pengetahuan agar menjadi tahu dan mendapatkan kebenaran akan sesuatu yang ingin dimengerti. Penelitian bermula dari timbulnya rasa ingin tahu pada seseorang.
      Untuk mencari tahu atau melakukan sebuah penelitian, setidaknya seseorang harus mengenal dulu macam-macam penelitian yang umum dipakai. Untuk menjadi peneliti seseorang tidak harus mengikuti proses dan prosedur tertentu, akan tetapi untuk memiliki ilmu pengetahuan (sains), seseorang harus mengikuti proses, prosedur dan kaidah tertentu.
          Penelitian secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Dua macam penelitian ini yang kemudian menurun menjadi bermacam-macam penelitian, seperti misalnya penelitian ekonomi, penelitian sosial, dan lain sebagainya. Dalam makalah kami ini, kami hanya akan membahas penelitian kuantitatif karena penelitian kualitatif akan dibahas sendiri oleh kelompok setelah kami. Dan tentunya makalah kami banyak sekali kekurangan, maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan

BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Penelitian Kuantitatif

            Pengertian Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan-pendekatan deduktif-induktif, artinya pendekatan yang berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamanya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan beserta pemecahan yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris dilapangan. (UM ; 1993). Margono (1997) menjelaskan dalam buku Ahmad Tanzeh bahwa penelitian kuantitatif adalah suatu penbelitian yang lebih banyak menggunakan logika hipotesis verifikasi yang kemudian melakukan pengujian di lapangan dan kesimpulan atau hipotesis tersebut ditarik berdasarkan data empiris. Oleh karena itu lebih menekankan pada indek-indek dan pengukuran empiris.
             Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berdasarkan jumlah banyaknya objek yang ditelitinya. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang didesain sangat spesifik, yaitu penelitian yang dirancang untuk mengetahui objek tertentu, atau benar-benar fokus kepada suatu permasalahan saja.
Penelitian kuantitatif ada bermacam-macam. Umumnya, penelitian kuantitatif adalah penelitian tentang ilmu eksak atau ilmu pasti (sains). Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk melakukan test terhadap teori yang sudah ada sebelumnya.
Salah satu contoh penelitian kuantitatif adalah penelitian tentang jumlah pendapatan di sebuah daerah. Penelitian tersebut termasuk penelitian kuantitatif karena penelitian itu membutuhkan data-data yang riil dan menggunakan hitingan-hitungan yang pasti.
Yang termasuk penelitian kuantitatif adalah: penelitian ekonomi, penelitian kependudukan, dan penelitian lain yang menggunakan prosedur dan kaidah yang ditentukan secara ilmiah.
      Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
       Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian kualitatif.
       Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka. Sebagai contoh: 240 orang, 79% dari populasi sampel, mengatakan bahwa mereka lebih percaya pada diri mereka pribadi masa depan mereka dari setahun yang lalu hingga hari ini. Menurut ketentuan ukuran sampel statistik yang berlaku, maka 79% dari penemuan dapat diproyeksikan ke seluruh populasi dari sampel yang telah dipilih. pengambilan data ini adalah disebut sebagai survei kuantitatif atau penelitian kuantitatif.
       Ukuran sampel untuk survei oleh statistik dihitung dengan menggunakan rumusan untuk menentukan seberapa besar ukuran sampel yang diperlukan dari suatu populasi untuk mencapai hasil dengan tingkat akurasi yang dapat diterima. pada umumnya, para peneliti mencari ukuran sampel yang akan menghasilkan temuan dengan minimal 95% tingkat keyakinan (yang berarti bahwa jika Anda survei diulang 100 kali, 95 kali dari seratus, Anda akan mendapatkan respon yang sama) dan plus / minus 5 persentase poin margin dari kesalahan. Banyak survei sampel dirancang untuk menghasilkan margin yang lebih kecil dari kesalahan.
        Beberapa survei dengan melalui pertanyaan tertulis dan tes, kriteria yang sesuai untuk memilih metode dan teknologi untuk mengumpulkan informasi dari berbagai macam responden survei, survei dan administrasi statistik analisis dan pelaporan semua layanan yang diberikan oleh pengantar komunikasi. Namun, oleh karena sifat teknisnya metode pilihan pada survei atau penelitian oleh karena sifat teknis, maka topik yang lain tidak tercakup dalam cakupan ini.

B.   Karakteristik Penelitian Kuantitatif

Ada beberapa macam pendapat tentang karakteristik penelitian kuantitatif. Karakteristik penelitian kuantitatif menurut Arikunto (2002), adalah:
a.       Kejelasan unsur: tujuan, pendekatan, subjek, sampel, sumber data sudah mantap dan rinci sejak awal.
b.      Langkah penelitian: segala sesuatu direncanakan sampai matang ketika persiapan disusun.
c.       Hipotesis: mengajukan hipotesisyanbg akan diuji dalam penelitian, dan hipotesis menentukan hasil yang diramalkan.
d.      Desain: langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan jelas.
e.       Pengumpulan data: kegiatan dalam pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan
f.       Analisis data: dilakukann sesudah semua data terkumpul.

Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel tersebut harus didefinisikan  dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing. Relibilitas dan validitas merupakan syarat muthlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis.
Pendekatan kuantitatif  bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukan hubungan antar variable, memberikan deskripsi stratistik, menaksir dan meramalkan hasilnya. Desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, harus tersruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumya. Desainya bersifat spesifik dan detil karena desain merupakan suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan sebenarnya.oleh karena itu, jika desainya salah hasilnya akan menyesatkan.

C.   Unsur-unsur Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan secara jelas. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan.
Penelitian kuantitatif lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya. Setiap kegiatan penelitian kuantitatif selalu dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan berlandaskan metode ilmiah.
Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
1.      Merumuskan masalah.
Tanpa ada masalah tidak terjadi penelitian, sebab penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah. Masalah pada umumnya diajukan dalam bentuk pertanyaan sekalipun tidak selamanya sebab bisa juga dalam bentuk pernyataan. Permasalahan bisa diajukan dalam bentuk deskriptif, asosiatif dan komparatif bahkan untuk satu penelitian bisa diajukan ketiga-tiganya bergantung kepada tujuan yang akan dicapainya.
2.      Mengkaji teori.
Mengkaji teori keilmuan berkaitan dengan bidang ilmu yang dijadikan dasar perumusan masalah. Peneliti menelusuri konsep-konsep, prinsip, generalisasi dan berbagai literatur, jurnal dan sumber lain berkaitan dengan variabel dan masalah yang diteliti. Kajian teori tersebut sebagai dasar dalam merumuskan kerangka berpikir dalam melihat hubungan antar variabel untuk Selanjutnya mengajukan alternatif kemungkinan jawaban atas masalah atau sering disebut hipotesis.
3.      Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara atas pertanyaan penelitian sebagai acuan dalam mengumpulkan data empiris atau verifikasi data di lapangan.
Artinya jenis data yang diperlukan diarahkan oleh makna yang tersirat dan tersurat dalam rumusan hipotesis. Dengan kata lain data empiris yang diperlukan adalah data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis.
4.      Melakukan verifikasi data empirik yakni data lapangan yang diperlukan untuk menguji hipotesis.
Dalam hal ini peneliti harus menentukan jenis data yang diperlukan apakah data kualitatif atau data kuantitatif. Jika data kuantitatif apakah data nominal, ordinal, interval atau data rasio. Dari mana data itu diperoleh dalam hal ini berkaitan dengan, populasi dan sampel serta responden penelitian. Cara atau teknik memperoleh data serta alat atau instrumen yang digunakan untuk menjaring data. Data yang terkumpul terus diolah dan dianalisis dengan cara-cara tertentu yang memenuhi kesahihan dan keterandalan sebagai bahan untuk menguji hipotesis.
5.      Menarik kesimpulan dalam arti membuat generalisasi atas dasar hasil uji hipotesis.
Hasil uji hipotesis sifatnya adalah temuan penelitian atau hasil penelitian. Temuan penelitian ini dibahas dan disintesiskan untuk kemudian disimpulkan. Kesimpulan inilah pada hakekatnya adalah jawaban atas masalah penelitian yang disusun dalam bentuk proposisi atau pernyataan ilmiah.
Karena permasalahan yang diteliti sudah jelas dan prosedur penelitian sudah baku, maka proposal penelitian kuantitatif dipandang sebagai “blue print” yang harus digunakan sebagai pedoman baku dalam melaksanakan penelitian. Sebagai acuan, proposal penelitian kuantitatif dapat dikemas dalam sistematika penulisan sebagai berikut.
D.    Langkah-langkah penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif dengan mengunakan metode ilmiah sekurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah berikut :
1.      Perumusan dan Identifikasi Masalah
a)      Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dijadikan jawabanya. Perumusan ini penting karena hasilnya akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Perumusan masalah merupakan permasalahan yang lengkap dan rinci kmengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasrkan identifikasi dan pembatasan masalah. Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesa nantinya dan dari perumusan masalah dapat mengahsilkan topic penelitian atau judul dari penelitian.
b)      Identifikasi Masalah
Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada tersedia dan cukup banyak, tinggal-lah si peneliti mengidentifikasikanya, memilih dan merumuskanya. Kerlinger (2000), identifikasi maslah diperlukan agar peneliti benar-benar menemukan maslah ilmiyah, bukan akibat dari permasalahan lain. Kerlinger menambahkan, masalah ilmiah bukanlah masalah moral dan etis. Missal, apakah kawin muth’ah (kawin kontrak) dan kawin sirri (rahasia, tidak tercatat dalam buku catatan nikah pemerintah) itu buruk/ haram? Menurut kalinger, model pertanyaan semacam itu bukan masalahg dan tidak bisa dijawab oleh ilmu karena menyangkut masalah nilai dan penilaian.
Masalah penelitian itu bersifat tidak terbatas, meskipun demikian, tidak semua masalah yang ada dimasyarakat bisa diangkat sebagai masalah penelitian. Untuk mengidentifikasikan masalah penelitian, perlu diajukan bebrerap[a pertanyaan:
1.      Masalahnya apa? (substansinya)
2.      Bermasalah menurut siapa?
3.      Dianggap masalah dalam konteks apa?
4.      Dalam perspektif apa?

Kalau pertanyaan-pertanyaan diatas dicross chek-kan dengan kerangka analisis permasalahan diatas, dapat dipastikan sebagai masalah penelitian yang baik. Tetapi kalau ternyata tidak, bel;um tentu dapat dianggap sebagai penelitian.
Langkah pertama dalam meneliti d\adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan, untuk menghilangkan keragu-raguan, masalah tersebut didefinisikan secara jelas. Sampai mkemana luaas maslah yangakan dipecahkan.
2.      Klasifikasi Variable dan Devinisi Operasional
a)      Pengklasifikasian Variabel
Arikunto (2002) mengklasifikasi variable kuantitatif dalam empat golongan:
1.      Variable diskrit disebut juga variable nominal atau kategorik karena dapat dikategorikan atas dua kutub yang berlawanan atau saling pilah antara kategori yang satu dengan kategori yang lain, contoh: jenis kelamin ada yang laki-laki dan ada yang perempuan.
2.      Variable ordinal, yaitu variable yang menunjukkan tingkatan atau variable yang disusun berdasarkan jenjang dalam hal tertentu, contoh: prestasi siswa dalam sebuah kelas, Sinta terpandai, Mita pandai dan Sandra tidak pandai.
3.      Variable interval, yaitu variable yang dihasilkan dari pengukuran dan mempinyasi jarak diabndingkan dengan variable lain, yang dapat diketahui dengan pasti, contoh: tinggi badan Ani 149 cm, sedandkan tinggi badan Tina 156 cm, nmaka selisih tinggi badan mereka adalah 7 cm.
4.      Variable Ratio, adalah variable perbandingan, variable ini dalam hubungan antar sesamanya merupakan “sekian kali”, contoh: Berat pak Karto 60 kg sedangkan anaknya  30 kg, maka pak Karto beratnya dua kali berat anaknya.
b)      Definisi konseptual dan operasional
Definisi konseptual adalah pernyataan yang dapt mengartikan atau memberikan makna suatu variable yang hendak diteliti. Tujuan dari perumusan definisi konseptual adalah agar terdapat kesamaan perspsi tentang suatu variabelantara peneliti dan pembaca proposal penelitian. Perumusan ini hendaknya merujuk pada kamus, ensiklopedi, atau hasil penelitian yang terdhuylu maupun teori-teori dari para ahli.
3.      Menformulasi Hipotesis
Hipotesis tidak lain merupakan kesimpulan sementara tentang hubungan sangkut paut antar variable atau fenomena dalam penelitian. Hipotesis merupakan merupakan kesimpuilan tentative yang \diterima secara sementara sebelum diuji, pendapat Chanmpion sebagaimana  yang dikutip oleh Rahmat hipotesis sering disebut statement of theory in testable form, atau tentative statement about reality.
4.      Menentukan Model Untuk Menguji Hipotesis

5.      Studi Kepustakaan/Telaah Pustaka
6.      Mengumpulkan Data
7.      Menyusun, Menganalisa dan Memberikan Interpretasi
8.      Membuat Generalisasi dan Kesimpulan
9.      Membuat Laporan Penelitian
Daftar pustaka
1.      Ahmad Tanzeh. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras. 2009
2.      Moh. Kasiram, Prof. H. M.Sc. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UIN Maliki Press. 2010

BIMBINGAN KONSELING


GAGAP DALAM BERBICARA

PEMBAHASAN
A.     Pengertian Gagap
Gagap adalah suatu gangguan bicara di mana tanpa disadari adanya pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata, atau frasa; serta jeda yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Umumnya, gagap bukan disebabkan oleh proses fisik produksi suara atau proses penerjemahan pikiran menjadi kata. Gagap juga tak berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang, orang yang gagap umumnya normal.
Gangguan ini bersifat variabel, yang berarti bahwa pada situasi tertentu, seperti berbicara melalui telpon, tingkat kegagapan dapat meningkat atau menurun. Faktor genetik dan neurofisiologi diduga berperan atas timbulnya gangguan ini. Banyak teknik terapi bicara yang dapat meningkatkan kefasihan bicara pada beberapa orang.[1]
Dalam sumber lain dijelaskan bahwa gagap adalah gangguan kelancaran bicara yang terputus dalam satu rangkaiannya. Gangguan tersebut pada setiap anak berbeda bentuk kelainannya, dalam waktu tertentu berlainan jenis gangguan gagap yang timbul.
Gangguan emosi atau ketegangan dengan orang tua, orang sekitar atau lingkungan dapat memicu kelainan ritme atau gagap . Pada gangguan bicara ini secara tak terkontrol sering terjadi pengulangan, pemanjangan kata/suku kata, penghentian (silent block), kadang didapatkan ketegangan yang berlebihan pada muka, tenggorokan serta rasa takut selama bicara. Kadang timbul suara nafas yang tidak biasa atau seperti memerlukan perjuangan untuk mengeluarkan kata. Biasanya penderita menghindar kata atau situasi tertentu. Anak usia 2 – 5 tahun terdapat pengulangan kata atau suku kata lebih kurang 45 kali perseribu kata yang diucapkan, bata atasnya 100 kali per 1000 kata. Bila melewati batas ini dianggap abnormal atau gagap. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan sebagai penyebab yaitu teori stuttering Block, Cybernatic models atau Brain Function yang semuanya karena gangguan sensoris dan motoris di otak.[2]
Pengaruh gagap bicara terhadap perkembangan bahasa, gagap pada umumnya akan hilang pada usia remaja, tapi perlu ditangani sebaik mungkin agar gejala ini tidak menetap sampai usia dewasa. Dengan anak berbicara gagap akan terjadi pengulangan-pengulangan kata, kesalahan tata bahasa menjadi kebiasaan. Orang lain yang diajak bicara tidak akan bisa memahami apa yang telah mereka (anak gagap) bicarakan, karena semakin dia berbicara banyak akan semakin tidak jelas pembicaraannya. Anak yang mengalami gagap bicara dapat menimbulkan konsep diri dan perasaan rendah diri lama sebelum masa kanak-kanak berakhir.[3]
penyebabnya gagap: sering di omelin masih kecil, ditabokin masih kecil, stress,  depresi,  trauma dan  tekanan batin.

B.     Penderita Gagap
Gangguan gagap dalam berbicara, ada yang dalam bentuk terputus-putus, tertahan nafas atau berulang-ulang. Apabila tekanan gagap itu terlalu besar, maka kelihatan orang menekan kedua bibirnya dengan diiringi gerakan-gerakan tangan, kaki dan sebagainya.
Biasanya gagap itu mulai pada umur  diantara 2 dan 6 tahun. Gejala ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, anak kembar dan orang kidal, dan mungkin disebabkan oleh gangguan fisik seperti kurang sempurnanya alat percakapan, gangguan pada pernapasan, amandel dan sebagainya. Akan tetapi, apabila alat-alat itu sehat maka gejala itu timbul akibat pertentangan batin, tekanan perasaan, ketidakmampuan penyesuaian diri. Gejala itu adalah sebagai salah satu akibat dari gangguan jiwa
Contoh :
Seorang anak perempuan berumur 7 tahun, menderita gangguan berbicara sejak ia mulai masuk sekolah. Makin  lama makin gagap ia berbicara, sedangkan sebelumnya ia berbicara lancar. Dari penelitian itu terbukti , bahwa si anak adalah anak bungsu yang sangat di manja dalam keluarga. Semua perbuatannya di biarkan, tidak pernah di tegur dan kemauannya selalu dituruti.  Waktu akan masuk sekolah ia sangat gembira, tapi setelah merasakan sekolah beberapa hari ia mulai tidak mau pergi ke sekolah. Karena tidak ada guru yang memanjakannya di sekolah. Sekolah tidak seperti di rumah, ada peraturan dan tata tertib yang harus dipatuhinya, sehingga terasa olehnya bahwa sekolah itu kekangan dan siksaan baginya. Itulah sebabnya maka ia tidak mau pergi ke sekolah.
Atan tetapi, orang tua dan saudara-saudaranya yang dulu selalu menuruti segala kemauannya, sekarang selalu memaksanya supaya pergi ke sekolah, bahkan kadang-kadang memukulnya. Tak lama kemudian mulailah muncul gejala tersebut, ia mulai gagap yang makin lama makin bertambah.
Rupanya si anak sekaligus dihadapkan pada suasana yang berlainan dari yang biasa dihadapinya di rumah, disamping perubahan sikap orang tua dari memanjakan kepada kekerasan. Si anak tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan suasana  itu, sehingga ia merasa sangat tertekan. Untuk itulah gejala gagap itu muncul, yang menolongnya dalam menghadapai kesukaran dan pula sebagai cara untuk manarik perhatian.[4]

C.    Cara Mengatasi Gagap
Salah satu teknik terbaru dalam penyembuhannya adalah dengan pijat syaraf bicara di sekitar wajah, mulut dan leher seseorang yang gagap. Seseorang yang gagap mempunyai kecenderungan untuk tidak berbicara dalam kesehariannya. Hal ini menyebabkan otot dan syaraf bicaranya menjadi kaku, sehingga mulut menjadi lebih sulit digerakkan.
Setelah otot dan syaraf gagap lentur karena dipijat, barulah sang gagaap ini diberikan terapi bicara sesuai dengan usianya. Tentu saja terapi bicara bagi anak, berbeda dengan terapi bicara anak-anak. Bagi seseorang yang menderita gagap karena genetika, disarankan untuk selalu memijat syaraf ini setiap hari.[5]
Terapi Hypnosis dan Emotional Freedom Technique (EFT) sangat efektif dan cepat dalam menyembuhkan gagap. Hypnosis dapat digunakan untuk mencari akar masalahnya, kemudian dilanjutkan dengan EFT untuk menghilangkan masalah emosi. Klien juga akan diberi sugesti untuk kepercayaan diri dan ketenangan sehingga klien mampu menghadapi apapun atau siapapun dengan relaks, tanpa gugup.
Cara lain untuk mengatasi gagap yaitu dengan pijat syaraf bicara. Pijatan ini dilakukan di sekitar wajah, mulut dan leher seseorang yang gagap. Seseorang yang gagap mempunyai kecenderungan untuk tidak berbicara dalam kesehariannya. Hal ini menyebabkan otot dan syaraf bicaranya menjadi kaku, sehingga mulut menjadi lebih sulit digerakkan. Setelah otot dan syaraf gagap lentur karena dipijat, barulah sang gagap ini diberikan terapi bicara sesuai dengan usianya.[6]
Banyak cara mengatasi penyakit itu yaitu :
1.      Banyak berbicara perlahan dengan teman or kerabat yang bisa menerima kita
2.      Banyak membaca dengan di nyanyikan
3.      Banyak membaca buku dengan suara kelas dan lantang
4.      Olah raga buat mengatur pernafasan
5.      Kalau muslim baca Al-Qur'an dengan di suarakan
6.      Jangan lupa berdo'a kepada Allah S.W.T

Filed Under: Umum Cara mengatasi anak gagap itu terletak pada cara kita berkomunikasi dengan si anak. Usahakan pada saat berbicara posisi kita sejajar dengan anak, dalam suasana tenang dan santai, serta sikap kita menunjukkan mau dan sabar mendengarkan dia berbicara, dan jangan terlalu memperhatikan kegagapannya yang membuat anak menyadari bahwa gagapnya itu adalah masalah besar, karena pada usia tertentu ada sebagian anak mengalami gagap dan kemudian hilang lagi. Jadi, dihadapan anak jangan terlalu membesar-besarkan kegagapannya, anak gagap itu suatu hal yang wajar, sehingga anak tidak merasa rendah diri. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi gagap yang muncul saat anak marah atau takut menghadapi orang tertentu, yaitu dengan menenangkan hati anak dengan mengatakan, “ibu/ayah tahu kamu sedang kesal (atau takut), coba bicara perlahan-lahan”. Ajak anak berbicara dalam tempo yang lambat, suruh ia menarik napas panjang saat emosinya masih menggebu-gebu. Seperti halnya penanggulangan yang dilakukan pada semua masalah, maka pada masalah gagap ini pun kita perlu mengetahui lebih dahulu penyebabnya.

Berikut cara mengatasi anak gagap.
1)      Pemaksaan menggunakan tangan kanan pada anak kidal yang disebabkan fungsi bagian otak kanan yang dominan. Yang perlu dilakukan oleh guru atau orang tua adalah membiarkan anak memakai tangan kirinya untuk melakukan semua aktivitasnya. Bila tetap dipaksa akan menyebabkan gangguan pada bicara.
2)      Anak yang introvert (bersifat tertutup). Biasanya bila akan mengadakan pembicaraan anak merasa cemas atau takut, sehingga kata-kata yang keluar tidak terkoordinasi dengan baik. Misalnya akan mengucapkan kata “ibu”. Posisi bibir sudah baik, yaitu kedua bibir sudah terbuka sedikit, namun sepi…..suara “ibu” tidak kunjung muncul. Begitu udara keluar, apa yang diucapkan tidak terkendali, yang terdengar, “iiibbb..bu”. Sewaktu suaranya tidak kunjung muncul, kita dapat melihat suatu ekspresi wajah yang memelas, seolah-olah pasrah pada keadaannya. Bila menghadapi anak gagap yang demikian, guru/orang tua sedapat mungkin berusaha mendengar apa yang akan diucapkan anak, tunggu sampai anak selesai berbicara, jangan memotong pembicaraan anak sewaktu anak belum selesai berbicara walaupun bicaranya terputus-putus. Bila guru mau mendengar apa yang dibicarakan anak, walaupun tidak sempurna, akan menimbulkan keberanian pada anak untuk berbicara dengan gurunya, dan makin lama kegagapannya akan makin berkurang, keberanian berbicara dengan guru ini akan dibawanya juga pada pembicaraannya dengan orang lain, apabila orang lain juga menunjukkan sikap seperti gurunya tersebut. Pada anak gagap yang disebabkan nervous, guru jangan sekali-kali membicarakan kesukaran berbicara yang dialami anak apabila anak yang bersangkutan ada di sekitarnya.
3)      Pada gagap yang disebabkan karena fungsi fisiologis yang belum sempurna tidak perlu dikhawatirkan, sebab dengan makin bertambahnya usia anak, makin bertambah matang fungsi otot bicaranya, sehingga anak akan dapat berbicara dengan sempurna. Tetapi latihan tetap perlu diberikan, agar kesulitan anak berbicara dapat dihilangkan. Dalam kasus yang relatif ringan, sebaiknya kegagapan itu dibiarkan saja. Bila anak gagap, meskipun kita cemas janganlah memberi komentar terlalu banyak, sebab ini hanya akan memperdalam kesadaran diri anak, dan kecemasan yang ditimbulkannya tidak akan menolong. Bila kegagapan ini tampaknya sangat parah, maka bantuan seorang ahli terapi bicara akan sangat membantu. Ia akan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap masalahnya dan kemudian menawarkan suatu cara penyembuhan, termasuk teknik pengajaran untuk mengatasi kesulitan tersebut. Anak akan diajarkan bagaimana supaya dapat relaks dan tenang, dan dibantu menemukan jalan lain untuk menghindari halangan bicaranya.

Sebagian besar anak yang gagap dapat mengatasi kesulitannya pada saat mereka mencapai usia belasan. Bahkan dengan semakin canggihnya teknik penyembuhan, orang yang gagap sepanjang hidupnya dapat belajar mengatasi kesulitannya tersebut.

E.     Cara Menghadapi Anak Gagap

1.      Usahakan saat bicara posisi kita sejajar dengan anak, dalam suasana tenang, santai, dan sabar mendengarkan dia bicara, dan jangan terlalu memperhatikan kegagapannya.
2.      Kasih tahu anak untuk berbicara dengan tenang dan lambat. Terkadang anak-anak terlalu gembira untuk menceritakan segalanya. Tenangkanlah ia terlebih dahulu.
3.      Jangan memotong pembicaraan anak sewaktu anak belum selesai bicara walaupun bicaranya terputus-putus.
4.      Setelah anak selesai bicara, mintalah anak untuk tarik nafas dalam-dalam. Kemudian biarkan anak beraktivitas seperti biasa. Hal ini akan membuat anak menjadi tenang.
5.      Beri anak Pujian ketika ia mulai bisa berbicara dengan tenang dan lancar.

Sumber : Rusda dan Deliana, Sri Maryati. 1994. Permasalahan Anak Taman Kanak-Kanak: UPT MKK UNNES.[7]

DAFTAR PUSTAKA


[1] http://nikmah06.blogspot.com/2010/06/pengertian-gagap.html
[2] http://thefubbys.wordpress.com/2010/06/04/pengertian-gagap/
[3] http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/cara-mengatasai-gagap-bicara-pada-anak/
[4]  http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=57
[5] http://nikmah06.blogspot.com/2010/06/pengertian-gagap.html
[6] http://devianggraeni90.wordpress.com/2010/05/28/cara-untuk-mengatasi-gagap/
[7] http://devianggraeni90.wordpress.com/2010/05/28/cara-menghadapi-anak-gagap/