Selasa, 01 Desember 2015

GURU NGAJI DAN DOSEN


1.Guru pondok tanpa gaji tetap ngajar
cari Ridho Allah dan ridho kyai. Dosen
akhlak tasawwuf ngajar bab zuhud
kalo gak digaji gak bakal berangkat.
Trus ikhlasnya di mana.

2. Ustad Kyai setiap sholat malam
mendoakan santri, santrinya setiap
ngaji kirim fatihah ke kyai. Guru
sekolah gak pernah nirakati murid,
muridnya juga gak pernah mfatehahi
guru. Trus barokah dari mana.
3. Guru pondok punya kyai, kyainya
punya kyai, kyainya kyai punya guru
sampai sambung dengan Rosulullah.
Dosen tafsir di kampus ada yang
nasrani, Banyak profesor yg hafidz
Quran di Harvard univ yang agamanya
yahudi. Jadi kuliah tafsir sanadnya
bisa sampe ke dosen yahudi.
4. Kyai di pondok tidak hanya
mengajar kitab, tapi beliau adalah
gambaran dari isi kitab itu. Santri bisa
niru akhlaknya kyai zuhudnya kyai
wirainya kyai sabarnya kyai. Sekolah
dan kuliah itu gurunya cuma ngajar.
Bahan materinya bisa copy paste dari
google atau buku. Lah yang nulis di
internet dan di buku itu belum tentu
orang sholih. Belum tentu rajin bangun
malam.
5. Belajar di pondok tidak banyak
kecampuran maksiyat. Santri putra
kelasnya dipisah dengan santri putri.
Kalo pun jadi satu pasti dipisah tabir.
Lah di kampus belajar mata kuliah
tasawwuf pas bab khouf tapi campur
aduk laki perempuan. Ngetik makalah
bab khouf dan roja sambil chatingan
sama pacar. Ilmu itu nur (cahaya)
sedangkan maksiyat itu dhulm (gelap)
tidak akan bica cahaya dicampur
dengan gelap.
6. Yang terpenting di pondok itu
ridhonya Kyai. Walaupun tidak bisa
baca kitab kalo diridhoi kyai nanti
pulang dari pondok hidupnya berkah,
bisnis sukses, walaupun cuma punya
satu dua santri TPQ ilmunya manfaat
barokah.