Senin, 22 Februari 2016

Catatan Sekolah

Catatan Sekolah
·         Ibadah dibagi menjadi 2 :
   a)    ibadah mahdhoh, misal ; sholat, puasa, zakat dan haji.
   b)    ibadah ghoiru mahdhoh, misal ; mencari nafkah, bekerja, berdagang, mengajar.
·         Jadikanlah kitab kuning dikesunyian sebagai teman dan dikala pengasingan  juga kesendirian.
·         Proses keberagamaan seorang muslim adalah : mengetahui, memahami, menghayati, dan mengamalkan.
·         Orang hafal pasti ada manfaatnya, semua hafalan pasti ada arti dan gunanya.


·         Orang yang cinta pada Allah dan dicintai oleh Allah, maka orang tersebut tidak akan berbuat jelek pada orang lain.
·         Mencintai makhluq melebihi cinta kepada Allah hukumnya haram, karena Allah maha pencemburu, menduakan Allah berarti telah berbuat syirik.
·         Cinta kepada Allah berarti selalu butuh kepada-Nya, bagaikan bayi yang selalu dicari dan dibutuhkan adalah ibunya.
·         Orang yang sudah benar-benar tawakkal pada Allah dan Rasul-Nya bagaikan burung yang pergi dengan perut kosong dan pulang dengan perut kenyang.
·         Jangan biarkan waktu luangmu untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya, kalau tidak pikiranmu yang berpikir ya badanmu bekerja.
·         Ilmu itu bagaikan senjata, senjata untuk mensiasati hidup, menata kehidupan, membentuk karakter dan watak,kalau sudah terbentuk (mendapat ilmu) maka cara pandang hidup akan sesuai petunjuk Allah.
·         Menurut cerita tabi’in yang bermimpi bertemu sahabat dan bertanya keadaan para sahabat dan tentang apa yang menyebabkan para sahabat masuk syurga adalah Husnudzon Billah (berperasangka baik pada Allah).

WAKTU-WAKTU DIMAKRUHKAN SHOLAT


     “Maka apabila kamu telah merasa aman, tegakkanlah sholat (seperti biasa). Sungguh, sholat itu merupakan kewajiban bagi orang-orang mukmin, dengan waktu yang telah ditentukan”. (QS. An-Nisa’:103).
Dalam agama islam terdapat lima rukun islam, salah satu dari rukun tersebut adalah sholat. Sholat adalah rukun islam yang kedua setelah syahadat.      Sholat dari segi bahasa berarti do’a, sedangkan secara istilah syara’ bererti ucapan dan pekerjaan yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri atau ditutup dengan salam, dengan syarat-syarat tertentu.
Sholat fardhu itu ada lima waktu dan tiap-tiap sholat wajib dikerjakan pada awal waktu (tepat waktu) secara lapang atau leluasa waktunya hingga menghampiri habis, waktu hampir habis disebut waktu sempit.
1. Sholat dhuhur, menurut penuturan Imam Nawawi : disebut dhuhur, karena sholat itu terlihat nyata pada pertengahan hari.
2. Sholat asar, disebut asar karena sholat asar waktunya hampir dekat dengan waktu (ghurub) mentari tenggelam.
3. Sholat maghrib, disebut demikian, karena sholat tersebut dikerjakan  pada waktu matahari tenggelam (sesudah mentari tenggelam).
4. Sholat isyak, kata isyak dengan huruf  ‘ain berbaris kasroh, adalah nama untuk gelapnya (malam).
5. Sholat subuh, menurut arti bahasa permulaan siang, disebut demikian karena sholat tersebut dikerjakan pada permulaan siang (pagi hari).
     Walaupun sholat merupakan ibadah yang wajib dikerjakan, namun dalam pelaksanannya kita harus mengetahui kapan saja waktu yang diperbolehkan untuk melaksanakan sholat, karena ada waktu-waktu yang dilarang untuk melaksanakan sholat. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang waktu-waktu dalam sholat.

Pasal : pada pasal ini membicarakan tentang beberapa waktu yang dimakruhkan untuk mengerjakan sholat, dan apabila dikerjakan maka berdosa bagi yang  mengerjakannya. Demikianlah sebagaimana keterangan yang yang terdapat dalam kitab Raudlah dan dan Syarah Muhadzdzab pada bab tentang waktu-waktu yang dilarang untuk mengerjakan sholat. Dan masalah ini hukumnya juga bisa makruh tanzih (makruh yang tidak berdosa bila dikerjakan), sebagaimana keterangan yang terdapat didalam kitab at-tahqiq dan syarah muhadzdzab, pada bab tentang hal yang merusak wudlu.
Ada lima , waktu-waktu yang tidak diperbolehkan menunaikan sholat pada waktu tersebut. Kecuali mengerjakan sholat yang terdapat sebab (sholat tersebut dikerjakan karena ada sebab tertentu), adakalanya berupa sholat yang mestinya sudah dikerjakan pada waktu yang mendahului seperti sholat yang sudah lewat waktunya (tapi belum dikerjakan), atau bersamaan sholat yang bersamaan waktunya, seperti sholat gerhana matahari dan sholat istisqa’ (sholat minta hujan).
Pertama dari lima : sholat yang tidak terdapat sebab, apabila dikerjakan sehabis sholat subuh. Hukum larangan (makruh tahrim) didalam menjalankan sholat itu tetap berlangsung hingga matahari terbit.
Kedua : melaksanakan sholat sewaktu matahari terbit, ketika matahari terbit sampai berlangsung menjadi sempurna, dan merayap naik kira-kira sepanjang tombak dalam pandangan mata.
Ketiga : melaksanakan sholat ketika matahari tegak ditengah-tengahnya langit. Hal ini dikecualikan sholat pada hari jum’at, maka tidak dihukumi makruh, mengerjakan sholat pada waktu matahari ditegak ditengah-tengah langit (saat istiwa’). Demikian juga dikecuaikan shoalat di tanah haram makkah, baik yang dikerjakan di Masjid dan juga ditempat lainnya. Jadi, tidak dihukumi makruh, sholat di tanah haram makkah yang dikerjakan pada waktu-waktu tersebut. Baik sholat sunah thawaf atau sholat sunah lainnya.
Keempat : mengerjakan sholat mulai dari sehabis sholat ‘ashar hingga matahari terbenam.
Kelima : mengerjakan sholat sewaktu terbenam matahari, yaitu ketika matahari sudah hampir terbenam  hingga manjadi sempurna keterbenamannya.

ANALISIS
Dalam pasal ini menerangkan tentang waktu-waktu yang dimakruhkan untuk mengerjakan sholat, yaitu ada lima waktu. Pertama yaitu setelah sholat subuh yang waktu makruh atau tidak boleh mengerjakan sholat hingga munculnya matahari. Kedua, ketika matahari terbit hingga sempurna munculnya. Ketiga, yaitu ketika matahari tepat ditengah-tengah langit yang disebut dengan waktu istiwa’, setelah matahari condog (ke barat) dari tengah-tengah langit barulah boleh mengerjakan sholat yaitu sholat dhuhur. Ke empat, mengerjakan sholat setelah waktu ‘asar hingga matahari terbenam. Kelima, mengerjakan sholat sewaktu terbenam matahari, yaitu ketika matahari sudah hampir terbenam  hingga manjadi sempurna keterbenamannya.

KESIMPULAN
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, terdapat lima, waktu yang dilarang atau makruh untuk mengerjakan sholat :
1. Sholat yang dilaksanakan setelah sholat subuh sampai munculnya matahari, yang tidak ada sebab untuk melakukan sholat tersebut.
2. Sholat yang dikerjakan bertepatan dengan munculnya matahari hingga benar-benar sempurna dan terlihat mata naik setinggi ujung tombak.
3. Sholat disaat matahari tegak lurus ditengah-tengah langit, hingga condong ke barat, kecuali hari jum’at tidak dimakruhkan. Demikian pula tidak dimakruhkan di tanah haram mekkah.
4. Sholat yang dilaksanakan setelah sholat ‘ashar, hingga matahari tenggelam.
5. Sholat saat matahari tenggelam (tepat), yakni sejak mendekati tenggelam hingga benar-benar sempurna tenggelamnya.

“Senenge Atiku”

Oleh : Lasmiyatun

    Hawa isuk dinane krasa seger banget during ana bledug sing nyebar ning ngendi-ngendi…..
Jam 06.00 aku tangi, tangi turu. Nalika bapak lan ibu sampun wangu…..
“Nduk-nduk… tangi, wis isuk, kae loooo… srengenge wis nongol…
Ibuku nggugah aku ning kamare aku…
“iya bu… ki aku wis tangi…
Aku cepet-cepet tangi lan menyat saka kasur
“nduk… aja lali ya… tata kamare, sabanjure di resiki…
“iya bu…
Aku karo natani kamar ben rapi…
Ibu ku lagi resik-resik omah, sarampunge resik-resik, ibu adang sega, wedang karo sayur kanggo sarapan aku lan bapak…..
Sauwise rampung ibu nyeluk aku…
“Nduk….. adus riyen, cepet… mumpung bapak tesih ning warung”
Aku cepet-cepet jipuk anduk karo mlaku menyang kamar mandi
“iya bu… iki aku arep adus”.
    Aku cepet-cepet mlaku menyang kamar mandi, aku langsung adus cepet-cepet.
Amargi mengko bapak selak kondur saka warung, mesti mengko bapak nek sampun kondur langsung siram, amargi bapak badhe mulang menyang sekolah SD Pertiwi…..
 “Assalaamu’alaikum…”
bu, iki gulane, aku tak adus dhisit ya…..
wis awan iki, mengko aku telat…..
Ibu cepet-cepet marani bapak, karo nampani gula saka bapak.
“iya pak….”
Ibu menyang dapur kalian menyang kamar mandi…..
“nduk….. aduse wis rampung urung ????”
ki bapak sampun kondur saka warung, cepet ya…
mangke bapak telat loooo…..
aku karo andukan…
“iya bu… ki aku wis rampung, aku lagi andukan…
Sawise aku rampung adus, aku langsung menyang kamar, aku langsung salin klambi sekolah, klambi sekolahku sing wis rapi sing wis kelipet rapi ning jero lemari klambiku… tak jipuk lan tak dienggo…
Aku cepet-cepet jungkatan, dandan, nganggo krudung lan sak liyane.
Ibu ku nyeluk-nyeluk aku…
“Nduk-nduk… wis during dandane?
cepet sarapan dhisit, engko nganti maeme adem, nek adhem
rak enak loooo….. cepet ki, bareng-bareng bapak karo ibu
aku cepet-cepet lunga menyang ruang maem
“iya… ibu, ki aku wis rampung, aku tak mrana…
Aku bapak lan ibu sarapan bareng-bareng ibu lan bapak ngongkon aku supayane donga sadurunge sarapan..
Aku langsung maca songane..
“Bismillahirrahmanirrahim…
Allahumma bariklana fima rozaktana waqina adza banner… amin ya robbal ‘alamin…”
Aku, bapak lan ibu langsung sarapan bareng-bareng kalian
Cerita, ibu, aku karao bapak bahas liburan iki pak lunga menyang di…..
“Bu….. liburan iki pak lunga ning di acarane???”
Ibu bingung banget… ibu mikir-mikir karo kebingungan
“Waduh…!!! Aku bingung banget pak… pie iki…..
Liburan wing iwis neng puncak…
Apa mosok pak menyang puncak maneh???”
Aku langsung usul ning bapak lan ibu…
“aja bu, aja ning puncak maneh…
bosen…”
“la terus neng di ya…..?”
“mending liburan iki, aku, bapak lan ibu maring kabeh wae amargi tanduran sayur lan who-wohan ibu lan bapak wis arep di panen si???
“pinter… betul kui nduk…..
tapi nek engko mareng kebone wis rampung, pak ngapa maneh?
“ya… pit-pitan to… muteri desa iki…”
kan aku, bapak kalian ibu during pernah muteri desa iki to…???”
“iya… ya…”
“ya wis kaya ngono wae ya… bapak setuju ra pak???”
Bapak setuju banget kalian usule aku…
“loo… ya bapak setuju banget to karo usule nduk  daripada liburane ning kota-kota ngentekke duit, mending maring kebon wae ta?... manfaat terus ra ngenteke duit ta? … manfaat terus ra ngentekke duit to…
pie nek engko wis prei balapan nggo ontel, bapak, ibu lan nduk???
“setuju banget kuwi pak, sapa wedi..
Pesti ngko bapak lan ibu kalah, terus sing menang aku
He...he...he...ha...ha...ha...
Aku, bapak lan ibu wis rampung sarapane, salajenge bapak tindak menyang sekolah, aku mangkat bareng bapak menyang sekolah go mobil....
Ibu langsung beresi umah lan beresi meja maem...
... aku karo bapak menyang sekolah seneng banget... amargi pas ning dalan angine seger banget...
Setekane sekolah aku lan bapak cepet-cepet mlebu menyang kantor guru... aku lan bapak semangat banget...
Mara-mara kelasku ribut banget... aku bingung, kanca-kanca ki do ngeributke apa???... aku langsung takon menyang kancaku Tiara
“Tiara...
“dalem... ana apa ya???
Aku langsung takon cepet-cepet, amargi aku penasaran banget...
“ana apa ta??? Deneng ribut banget... ana apa jane???
“owalah... kowe durung reti ya... nek saiki ki bali cepet kan, ngko rapote di bagi ta... kan arep preinan juga ta...
“oh.. iya ding... lali aku... terus saiki dewe resik-resik ta... kerja bakti disik...
“ya...ya wis yooo... cepet, ngko domei looo... ning bu Farah...
“ya...ayuk...
    Aku lan kanca-kanca langsung mangkat kerja bakti, sing putra do beduli suket karo nebangi wit-witan sing kira-kira elek nalika sing putri ngresiki kelas ana sing nyapu, ngepel, ngelap kaca lan sakliyane.
    Aku lan kanca-kanca rampung kerja bakti jam 09.00, sakwise kuwi aku lan kanca-kanca nerima rapot sekolah... Atika puol dek-dekan, aku wedi nek biji rapotku ala, pesti ngko aku di domei kalian baak lan ibuk terus aku juga ora entuk hadiah seko bapak lan ibuk... aja lah ya...Allah... aku moh...
    Wali kelas wis mlebu meng kelase dewe-dewe, nalika pak Nouval wis mlebu meng kelas ku, Atika tambah gemetaran, pie iki???... Gusti tulung aku pak Nouval ngumumake sapa sing ringking siji, loro lan telu...
“assalamua’laikum siswa” salam pak Nouval
“walaikumsalam pak...” jawab siswalan siswi
“baak saiki are ngumumake sapa sing ringking siji, loro lan telu.
Siap-siap ya...
Eghm...ringking telu yaiku Riska
Ringking loro yaiku Sam
Na... ringking sijine yaiku... Olivia...
Wah... ? atika seneng banget... aku bisa oleh ringking siji...
He...he...he...he... matur suwun Gusti...Alhamdulillah...
“iya... pak... matursuwun nggih pak...pak Atika seneng banget...
“ya...wis... saiki sinau maneh ben tambah apik bijine...
“ya...pak, esti aku sinau sing rajin...
    Sawise pak Nouval ngumumake sing ulih ringking, pak Nouval langsung bagiake rapot menyang siswa lan siswi, banjur pak Nouval nutup acara pembagian rapot...
“cukup... ya...sesuk siswa-siswi isa do liburan...
Ya... wis... wassalamua’laikum warohmatullahiwabarakatuhu
“wa’alaikum salamwarahmatullahiwabarakatuhu” jawab siswa-siswi
    Aku karo bapak cepet-cepet bali menyang umah, sawise tekan umah ibu wis ngenteni aku karo bapak ning ruang TV...
Ibu langsung takon aku
“pie...rapote nduk???
“pak, bu... matursuwun ya...berkatpandongane lan pangestune bapak lan ibu... aku ringking siji ning kelas...matursuwun amargi bapak lan ibu wis nyemangati aku aben dinane... nek ora ana bapak lan ibu... aku ra bakal isa kaya ngene...
Ibu kalian bapak langsung nyikep aku karo ngambung aku...
“ibu seneng nduk...due aak kaya kowe, bapak ki juga seneng, dadi bapak karo ibu ora sia-sia aring nyekolahke kowe...
Bapak meneng karo mikir... aku banjur takon
“pak... bapak kengen napa???
“bapak lagi mikir pak ngewei kowe hadiah apa ya???
Aku langsung jawa pitakone bapak
“ngapa bapak bingung... bapak karo ibu gari ngewei aku hadiah cukup nganggo welas asih lan didik aku sing tambah nemen ben aku tambah dadi anak sing luweh pinter, sholehah lan bekti menyang bapak lan ibu.
“kowe ki mancennn.. anake bapak lan ibu sing patut di banggakna...
Ha..ha...he...he..he...

SEJARAH AGAMA YAHUDI

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah
    Yahudi (Judaism) merupakan agama yang awalnya dibawa oleh Nabi Musa as. Menurut pendapat yang paling populer, nama agama ini diambil dari nama salah satu dari dua belas anak Ya’qub yaitu Judah. Sebetulnya, keseluruhan keturunan Ya’qub adalah mereka yang disebut sebagai Bani Israel (yang berarti keturunan Israel, sementara Israel adalah nama lain Ya’qub), seluruh keturunan Ya’qub terusir dari tempat tinggal mereka kecuali anak keturunan Judah. Mereka inilah yang kemudian disebut sebagai Umat Yahudi.
    Pada dasarnya agama yahudi mempunyai beberapa ajaran yang sama dengan dengan ajaran islam, diantaranya dalam hal mengkhitan, mereka mengharuskan bagi pemeluk agama yahudi untuk mengkhitan anak-anak mereka dan kemudian dirayakan, sebagai bentuk penyambutan atas masyarakat yahudi yang baru. Untuk mengetahui agama secara detail maka pemakalah mengambil judul agama yahudi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah yahudi?
2. Apakah kitab-kitab suci agama yahudi?
4. Bagaiman pandangan yahudi tentang etika?
5. Bagaiman pandangan islam terhadap agama yahudi?

PEMBAHASAN

A. Sejarah Yahudi
     Yahudi adalah sebuah nama yang bisa dipakaikan untuk agama dan bisa pula untuk bangsa. Jadi istilah “Agama Yahudi” dan “Bangsa Yahudi” sama-sama benar keduanya. Sejarah Yahudi dapat kita lihat pada perjanjian lama. Pada awalnya, Israel hanyalah sebuah kelompok bersatu yang terdiri dari suku-suku, lalu ia menjadi sebuah kerajaan. Setelah terbebas dari perbudakan di Mesir, mereka menaklukkan negeri Kan’an. Sejarah Yahudi mencapai masa keemasannya pada nabi Daud as dan sulaima as, sedangkan masa yang paling menyedihkan dalam sejarahnya masa perbudakan selama di Mesir dan Babilonia (586 SM), serta masa penyerangan Romawi (70M).
     Ajarannya disebut "Yudaisme" karena bersifat ke-bangsa-an dan khusus bagi bangsa Yahudi atau Bani Israil, yaitu ajaran yang berasal dari agama yang diturunkan Allah untuk bani Israil dengan perantaraan utusan-Nya yaitu Musa a.s. Kitab sucinya dinamakan Thaurat (wasiat lama) yang aslinya tidak ditemukan lagi sekarang.
     Agama bangsa yahudi diperoleh dari Ibrahim a.s., melalui jalur keturunan anaknya Ishak a.s. Agama bangsa Yahudi dipercaya diperoleh dari garis keturunan Ibrahim a.s., kemudian dilanjutkan melalui jalur keturunan anaknya Ishak a.s.
Menurut alur Al-Kitab asal usul bangsa Yahudi adalah keturunan salah satu cabang ras Semitik purba yang berbahasa Ibrani (kejadian 10:1, 21-32;1) (tawarikh 1:17-28, 34;2:1,2). Hampir 4000 tahun yang lalu, Ibrahim nenek moyang mereka beremigrasi dari kota besar Ur Kasdim yang sangat makmur di Sumeria ke negeri Kanaan. Darinya garis keturunan orang Yahudi dimulai dengan Ishak puteranya dan Yakub cucunya, yang namanya diubah menjadi Israel (kejadian 32:27-29).
     Israel mempunyai 12 putera, yang menjadi pendiri 12 suku. Salah seorang dari mereka adalah Yehuda yang akhirnya dari namanya berasal kata "Yahudi" 2 raja 16:6, JP.
     Diantara garis keturunan tersebut, bagi bangsa Yahudi Musa a.s. mendapat tempat yang sangat istimewa meskipun Isa a.s. juga diutus untuk bangsa Israel. Musa dianggap memenuhi peranan penting sebagai perantara perjanjian Taurat yang Allah berikan kepada Israel, disamping sebagai nabi, hakim, pemimpin dan sejarawan (Keluaran 2:1-3:22).
     Agama ini percaya pada keesaan Tuhan secara mutlak (monoteis) dan menganggap Allah turun-tangan dalam sejarah manusia, khususnya berkenaan dengan orang Yahudi. Ibadat bangsa Yahudi menyangkut beberapa perayaan tahunan dan berbagai kebiasaan. Meskipun tidak ada kredo atau dogma yang diterima oleh semua orang yahudi mengenai keesaan Allah yang dinyatakan dalam Shema, yaitu doa berdasarkan kitab Ulangan 6:4, merupakan bagian terpenting ibadat sinagoge:
"Dengarlah, Hai bangsa Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa".
     Pada mulanya Nabi Musa a.s. mengajarkan kepada umatnya tentang ada dan esanya Allah. Tetapi ajaran murni ini akhirnya berubah karena sifat "exclusive nasionalistic" penganutnya. Perubahan tersebut dapat dilihat dari sumber prinsipil Syahadat mereka "Schema Yisrael, adonai alaheynu adonai achud" Ulangan: [6][4] yang didalam pelaksanaannya rasa kebangsaan diatas segalanya sehingga keesaan Allah sendiri menjadi kabur.
     Ajaran Yudaisme tidak menyebut adanya hari kiamat, akhirat, siksaan pada hari akhirat dan pembalasan dalam bentuk pahala. Mereka tidak membicarakan keselamatan pribadi penganut-penganut ajaran mereka. Kepada mereka selalu diindoktrinasikan adanya kejayaan yang abadi dipalestina sebagai negara yang dijanjikan Tuhan bagi minoritas Yahudi, satu-satunya umat yang berhak mewarisi bumi Tuhan sebagai umat yang terpilih.
     Hingga kini kita dapat melihat mengapa Israel begitu ngotot menguasai Palestina dengan menteror semua bangsa yang bukan Yahudi agar minggat dari tanah Palestina.
     Peribadatan mereka dilakukan terutama pada hari sabtu mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Segala pekerjaan tangan seperti menyalakan lampu, memadamkan api dan lain-lainnya terlarang pada hari tersebut. Pelanggaran terhadap ketentuan diatas diberi ancaman keras. Mereka dianjurkan berjamaah dan minimal 10 orang dan dilakukan tiga kali sehari. Sebelum sembahyang mereka juga berhadas dan mengambil wudhu. Di dalam sembahyang mereka diharuskan memakai penutup kepala.
     Puasa mereka dilakukan pada hari-hari tertentu, seperti "Yom Kippur" selama 24 jam, tanggal 10 bulan Tishri dan setiap hari senin dan kamis. Didalam kitab Imamat orang lewi Thaurat [10]:[9], [10]:[11] minuman yang memabukkan terlarang bagi setiap penganut ajaran Yudaisme. Larangan ini tidak pernah diperdulikan, malah minuman keras merupakan suatu keharusan didalam upacara-upacara keagamaan dan mereka meminumnya atas nama Tuhan.
     Setiap orang yahudi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran mereka kepada orang-orang yang bukan keturunan Yahudi, sehingga ajaran mereka bersifat "non missionary". Orang Yahudi tidak mengakui adanya Nabi Isa a.s. Mereka menentang sekali ketuhanan Isa atau Yesus yang diajarkan oleh agama Kristen. Juga tidak mengenal pejabat agama (hirarki gereja).
Bangsa Yahudi mendasari doktrin keagamaan mereka atas dasar Sepuluh perintah Tuhan yakni:
1. Jangan ada padamu Allah selain Aku.
2. Jangan membuat bagimu patung, atau yang menyerupai apapun yang ada dilangit diatas, atau dibumi ......dibawah, atau didalam air dibawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya...(pada permulaan zaman ini, sekitar 1513 SM, perintah unik dalam penolakannya mengenal penyembah berhala).
3. Jangan engkau bersumpah palsu demi Tuhan Allahmu....
4. Ingatlah hari Sabat dan peliharalah suci. ... Tuhan memberkati hari Sabat dan menyucikannya.
5. Hormatilah ayahmu dan ibumu...
6. Jangan membunuh.
7. Jangan berzina.
8. Jangan mencuri.
9. Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu.
10. Jangan mengingini rumah sesamamu...isteri...hamba laki-laki atau perempuan...lembu atau keledainya, atau apapun milik sesamamu (keluaran 20:3-17).

B. Kitab Suci dan Isinya
     Kitab suci agama Yahudi adalah Talmud, yaitu sebuah kitab yang diaggap suci orang-orang Yahudi yang berisi ajaran-ajaran agama yang bersifat latin. Lebih jelas lagi, Talmud adalah kitab Ideologi yang menfasirkan dan menjelaskan semua pengetahuan, ajaran undang-undang kehidupan, moral, dan budaya bangsa Israel. Dan mereka meyakini bahwa Talmud adalah kitab lebih suci daripada Taurat.
Kitab talmud terdiri dari dua bagian utama, yaitu Mishnah dan Gemara. Akan tetapi masih banyak lagi lampiran dan tafsiran lain yang sangat banyak di luar bagian utama tersebut.
1. Kitab Misnah
     Misnah adalah bagian pertama dan yang paling uatama dari semua isi Talmud. Di mana pun orang-orang Yahudi bersandar pada kitab ini, dan manjadikannya sebagai kitab yang paling terpercaya untuk undang-undang kehidupan agama mereka. Bagian Mishnah adalah:
a. Zerain: bagian ini berisi peraturan-peraturan agama yang berkenaan dengan pertanian. Ini terdiri dari 11 risalah
b. Moed: bagian ini kusus membahas tentang puasa dan hari-hari besar. Ini terdiri dari 12 risalah
c. Nashim: bagian ini berisi berbagai undang-undang tentang wanita, seperti perkawinan, perceraian, kewajiban wanita, shalat wanita, dan segala hal yang berhubungan dengan mereka. Ini terdiri dari 7 risalah.
d. Nazikin: bagian ini kusus berhubungan dengan masalah kejahatan atau kriminalitas, baik pidana maupun perdata. Ini terdiri dari 10 risalah.
e. Kodasihm: bagian ini membahas tentang masalah-masalah sesembahan kurban, dan semua upacara keagamaan. Ini terdiri dari 11 risalah.
f. Toharoth: bagian ini berisi tentang masalah thoharoth yang berkaitan dengan dengan kesucian lahir dari benda-benda najis. Ini terdiri dari 12 risalah.
g. Kitab Gemara
     Bagian kedua dari Talmud bernama Gemara. Kitab ini timbul akibat adanya berbagai perdebatan dan pertikaian pendapat dari para rabbi Yahudi tentang kandungan kitab Mishnah. Semua debatan dan pertikaian pendapat tersebut kemudian dikumpulkan menjadi satu dan dijadikan sebuah kitab baru tersendiri (terpisah) dari kitab Mishnah. Kitab Mishnah yang semula dijadikan pegangan oleh orang-orang Yahudi karena dianggap sebagi kitab suci (undang-undang kedua) setelah Taurat, akhirnya digantikan oleh kitab Gemara lantaran banyaknya teks-teks yang masih global yang tidak jelas penafsirannya dalam kitab Mishnah tersebut. Maka jelaslah bahwa Gemara adalah syarah, penjelasan, komentar, tafsir, atau cacatan pinggir dari kitab Mishnah.
2. Pembahasan tentang :
     Tentang Tuhan Agama yahudi adalah agama yang pertama sekali dalam sejarah yang mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa. Orang-orang yahudi menyebut Tuhan mereka dengan Tuhan israil yang bernama yahweh dan yahweh itu esa. Berdasarkan kitab turat yang diwahyukan tuhan kepada mereka. Namun keesaan Tuhan itu sudah diajarkan juga oleh nabi-nabi sebelumnya, mulai dari Nabi Adam Nuh dan seterusnya.
3. Tentang Manusia, Orang yahudi memperhatikan kesadarannya akan keterbatasan jasmani manusia : kelemahannya, kerentaannya, terhadap penyakit, dan umurnya yang singkat. Namun perubahan itu belum tuntas jika kita belum menambahkan bahwa keterbatasan yang paling dasar terletak dalam jiwanya dan bukan dalam badan jasmaniyah. Manusia bukan saja lemah ia juga penuh dengan dosa.
4. Tentang Ibadah Orang Yahudi melakukan sembahyang tiga kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari (Shaharith), dilaksankan mulai terbit fajar sampai sepertiga panjangnya siang hari atau sampai sekitar jam 10.00. Sore hari (Minhah), mualai sesaat matahri condong kebarat atau setelah lewat tengah hari, sampai matahari terbenam, jadi sekitar jam 12.15 sampai 18.00 dan malam hari (ma’arib), mulai sesaat matahri terbenam, atau setelah malam tiba, sampai saat menjelang fajar. Dalam shalat tersebut mereka mengucapkan beberapa do’a yang dikenal dengan tefillah atau amidah yang berarti shalat berdiri. Membaca Taurat dan Talmud dianggap ibadah. Taurat, Misnah, dan Taurat mereka baca setiap pagi. Hari Sabbath (sabtu) tidak boleh bekerja, melainkan untuk ibadah, belajar, Istirahat, dan makan bersama keluarga.

C. Tentang Khitan pada agama Yahudi yaitu Anak Laki-laki Diharapkan untuk Disunat pada Etika
     Menurut para Rabbi, didalam kitab perjanjian lama terdapat tidak kurang dari 613 perintah yang ada kaitannya dengan tingkah laku manusia, oleh karena itu etika yahudi pada hekekatnya adalah etika yang didasarkan kepada perjanjian lama itu. Dasar Yahudi sebagai suatu sistem undang-undang agama dan moral adalah kesucian. Kesucian di sisni mempunyai dua aspek, yaitu negatif dan positif. Kesucian agama segi negatif, yaitu meninggalkan segala bentuk keberhalaan yang menjijikkan. Dan kesucian segi positif yaitu berpegang teguh kepada kepercayaan dan peribadatan yang telah diwahyukan Tuhan kepada mereka.
      Hal yang amat penting bagi hukum kesucian etika adalah keadilan dan kebenaran. keadilan merupakan aspek negatif daripada kesucian, sedangkan kebenaran adalah aspek positifnya. Maka kebenaran menjadi dasar hakiki daripada etika Yahudi. Orang Yahudi harus menghormati hahk-hak asasi manusia sesuai dengan ajaran Talmud. Orang harus menjaga keselamatan antara sesamanya, tidak boileh aling menyakiti. Orang yang mengacungkan tinjunya kepada orang lain, walaupun tidak sampai memukulnya, adalah dosa atau orang tersebut dianggap telah berosa.
     Talmud juga melarang apa yang disebut genebath daath atau mencuri pikiran, yaitu suatu perbuatan atau omongahn berpura-pura. Contohnya menawarkan mengajak seseorang makan atau minum, padahal dia yakin bahwa orang itu tidak akan menerima tawaran atau ajakna itu. Berkata bohong juga sangat dilatang oleh talmud. Katakanlah ya dengan sebenarnya dan tidak dengan sebenarnya. Umat Yahudi mengenal juga apa yang dinamakan mereka Gemiluth Chasadim yang berarrti berbuat kebaikan, yaitu berbuat baik kepada sesama manusia karena kebaikan Tuhan.

D. Pandangan Islam
Dalam islam orang-orang Yahudi dianggap sebagai salah satu ahli kitab. Agama yahudi lebih dekat dengan Islam dalam hal akidah maupun syariah. Buktinya mereka tidak percaya pada ajaran trinitas (musyrik). Mereka mengkhitan anak-anak mereka, mereka mensyaratkan penyembelihan pada hewan-hewan sebelum dimakan.
      Agama yahudi masa sekarang mempercayai bahwa terdapat kitab yang paling suci dan paling agung daripada taurah yaitu kitab talmud. Mereka merubah ajaran yang terdapat dalam taurat dan mereka akan celaka.
      Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. (al-Baqarah, 2: 79)

KESIMPULAN

     Yahudi adalah sebuah nama yang bias dipaiakan untuk agama dan bias pula bangsa. Jadi istilah  “Agama Yahudi” dan “ bangsa Yahudi” sama-sama benar keduanya Agama Yahudi adalah Talmud. Yitu sebuah kitab yang di anggap suci orang-orang Yahudi yang berisi agama-agama yang bersifat  Latin agama yahudi: 10 perintah tuhan the the commandment), tentang tuhan, tentang manusia dan  tentang ibadah.
      Hal yang amat penting bagi hukum etika kesucian adalah keadialan dan kebenaran, keadialan adalah merupakan aspek negativ dari pada kesucian. Sedangkan kebenaran adalah aspek positifnya. Dalam islam orang-orang yahudi dianggap sebagai salah satu ahli kiatab.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Abdullah asy-syarqawi, Talmud (PT. Sahara: Jati Waringin, 1991) Burhanudin Daya, Agama Yahudi.

(PT. Bagus Arafah: Yogyakarta, 1982). Huston Semith, agama-agama manusia. (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 2001).

Nugroho Amien hoesen,, 1965. Jakarta: Bulan Bintang. Philip K. Hitti. 1974. Sejarah Nasional Indonesia . Jilid II: Depertemen Pendidikan dan kebudayaan.

ILMU NAHWU

Sejarah Ilmu Nahwu

     Salah satu cara untuk mengenal dengan baik sebuah ilmu ialah dengan meninjau sejarahnya, perkembangannya, metode-metode para pakarnya dalam merumuskan prinsip-prinsipnya, membentuk hukum-hukumnya, dan menggali kaidah-kaidahnya.
     Ilmu nahwu berbeda dari ilmu-ilmu ke-Arab-an yang lain dari sisi bahwa ia mempunyai sejarah yang cukup unik, dan juga ia mulia atas dasar ketinggian tujuannya yaitu menjaga otentisitas lisan (bahasa) orang Arab secara umum dan al-Qur’an secara khusus. Hal ini terutama ketika didapati banyak penyimpangan bahasa yang kemudian menggugah kesadaran setiap orang Arab yang takut kepada Allah bahwasa-nya mereka harus menjaga al-Qur’an yang tentangnya Allah berfirman, ”Sesungguhnya Kami telah menurunkan Peringatan (al-Qur’an) dan sesungguhnya Kami pulalah yang akan menjaganya”.
     Sungguh, ilmu nahwu telah mendapatkan perhatian yang luar biasa dalam perkembangannya, sampai-sampai dikatakan, "Ilmu nahwu telah dipelajari dengan giat sampai terbakar." Yang demkian ini tentu saja menunjukkan adanya gerakan-gerakan ilmiah yang cemerlang sepanjang perkembangannya, terutama pada saat orang-orang Kufah memasuki dunia studi ilmu nahwu sebagai rival bagi orang-orang Bashrah yang selama beberapa saat telah terlebih dahulu memegang panji ilmu nahwu. Persaingan positif tersebut telah mengakibatkan berbagai perbaikan dan pengkajian yang mendalam, sehingga ilmu nahwu pun berkembang dengan cepat dan akhirnya mengalami formasi pada periode yang sangat dini, yang hal itu belum terjadi pada ilmu-ilmu yang lain.
     Dan sungguh sejarah kemanusiaan telah mencatat hal tersebut melalui mereka yang telah mengungkap hal yang menakjubkan ini. Sementara, apa yang sejauh ini dipahami oleh orang-orang Arab tidaklah sebagaimana yang digambarkan di atas, dimana orang-orang Arab telah berusaha keras menyusun ilmu yang paling mula-mula dari ilmu-ilmu bahasa, yakni ilmu nahwu.
     Penyusunan ilmu nahwu tidaklah sebagaimana gambaran-gambaran negatif yang telah disebutkan di atas. Penyusunan tersebut mencakup definisi istilah-istilahnya, pembentukan kaidah-kaidahnya, dan penjagaan terhadap hukum-hukumnya. Semua ini merupakan hal yang sungguh-sungguh menakjubkan, yang dilakukan oleh para ahlinya dengan pola pikir Arab. Mereka telah melakukannya dengan tekun dan sungguh-sungguh, meskipun ada sementara kalangan yang karena pretensi buruk meragukan prestasi dan kemampuan intelektual mereka dengan mengatakan, ”Sesungguhnya orang-orang Arab telah berhasil melakukan pekerjaan besar ini dengan bersandar pada orang lain yakni para ahli tata bahasa lain seperti India dan sebagainya. Mereka berargumentasi bahwa kebudayaan Yunani -yang merupakan warisan kebudayaan India- telah beralih ke Arab melalui orang-orang Suryani.
     Ada pula sekelompok orang yang ingin bersikap tengah-tengah diantara dua pendapat yang ada dengan mengatakan, Sesungguhnya dasar-dasar metodologi yang dengan itu orang-orang Arab menyusun Ilmu Nahwu mereka bukanlah milik orang Arab, namun implementasi pengembangannya merupakan pekerjaan orang Arab. Namun, agaknya pendapat yang pertama lebih tepat tanpa ada keinginan untuk melebih-lebihkan dan membuat-buat.
     Dari sini, dan karena hal ini serta yang lainnya, studi tentang sejarah tata bahasa Arab harus dilakukan dengan teliti, tekun, dan bebas tanpa sikap ekstrim, agar menghasilkan sebuah disiplin ilmu yang bebas dari bias dan manipulasi, yang dipelajari di ma’had-ma’had dan kampus-kampus kita, yang banyak mempelajari bahasa dan tata bahasa Arab. Dengan demikian pada akhirnya para mahasiswa kita akan mengenal khazanah klasik mereka, meyakini orisinalitasnya, dan tsiqah terhadap pemikiran para pendahulu kita yang mana Al-Qur’an telah membukakan mata mereka terhadap kebaikan yang banyak dan ilmu yang beragam. Sebaliknya, mereka pun menjaga al-Qur’an dari manipulasi orang-orang yang sesat, penakwilan orang-orang yang berpretensi negatif, dan syubhat yang ditiupkan oleh orang-orang yang durjana.

Cikal Bakal Ilmu Nahwu

     Hampir semua pakar linguistik Arab bersepakat bahwa gagasan awal yang kemudian berkembang menjadi Ilmu Nahwu muncul dari Ali bin Abi Thalib saat beliau menjadi khalifah. Gagasan ini muncul karena didorong oleh beberapa faktor, antara lain faktor agama dan faktor sosial budaya. Yang dimaksud faktor agama di sini terutama adalah usaha pemurnian al-Qur'an dari lahn (salah baca). Sebetulnya, fenomena lahn itu sudah muncul pada masa Nabi Muhammad masih hidup, tetapi frekuensinya masih jarang. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa ada seorang yang berkata salah (dari segi bahasa) dihadapan Nabi, maka beliau berkata kepada para sahabat: "Arsyiduu akhaakum fa innahu qad dlalla" (Bimbinglah teman kalian, sesungguhnya ia telah tersesat). Perkataan dlalla 'tersesat' pada hadits tersebut merupakan peringatan yang cukup keras dari Nabi. Kata itu lebih keras artinya dari akhtha'a 'berbuat salah' atau zalla 'keseleo lidah'. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa salah seorang gubernur pada pemerintahan Umar bin Khattab menulis surat kepadanya dan di dalamnya terdapat lahn, maka Umar membalasnya dengan diberi kata-kata "qannii kitaabak sawthan" 'berhati-hatilah dalam menulis'. Lahn itu semakin lama semakin sering terjadi, terutama ketika bahasa Arab telah mulai menyebar ke negara-negara atau bangsa-bangsa lain non-Arab. Pada saat itulah mulai terjadi akulturasi dan proses saling mem-pengaruhi antara bahasa Arab dan bahasa-bahasa lain. Para penutur bahasa Arab dari non-Arab seringkali berbuat lahn dalam berbahasa Arab, sehingga hal itu dikhawatirkan akan terjadi juga pada waktu mereka membaca al-Qur'an.
     Dari sisi sosial budaya, bangsa Arab dikenal mempunyai kebanggaan dan fanatisme yang tinggi terhadap bahasa yang mereka miliki. Hal ini mendorong mereka berusaha keras untuk memurni-kan bahasa Arab dari pengaruh asing. Kesadaran itu semakin lama semakin mengkristal, sehingga tahap demi tahap mereka mulai memikirkan langkah-langkah pembakuan bahasa dalam bentuk kaidah-kaidah. Selanjutnya, dengan prakarsa Khalifah Ali dan dukungan para tokoh yang mempunyai komitmen terhadap bahasa Arab dan al-Qur'an, sedikit demi sedikit disusun kerangka-kerangka teoritis yang kelak kemudian menjadi cikal bakal pertumbuhan Ilmu Nahwu. Sebagaimana terjadi pada ilmu-ilmu lain, Ilmu Nahwu tidak begitu saja muncul dan langsung sempurna dalam waktu singkat, melainkan ber-kembang tahap demi tahap dalam kurun waktu yang cukup panjang.
     Ada cerita yang menarik seputar cikal bakal terbentuknya ilmu nahwu diantaranya :
Pada jaman Jahiliyyah, kebiasaan orang-orang Arab ketika mereka berucap atau berkomunikasi dengan orang lain, mereka melakukannya dengan tabiat masing-masing, dan lafazh-lafazh yang muncul, terbentuk dengan peraturan yang telah ditetapkan mereka, di mana para junior belajar kepada senior, para anak belajar bahasa dari orang tuanya dan seterusnya. Namun, ketika Islam datang dan menyebar ke negeri Persia dan Romawi, terjadinya pernikahan orang Arab dengan orang non Arab, serta terjadi perdagangan dan pendidikan, menjadikan Bahasa Arab bercampur baur dengan bahasa non Arab. Orang yang fasih bahasanya menjadi jelek dan banyak terjadi salah ucap, sehingga keindahan Bahasa Arab menjadi hilang.
     Dari kondisi inilah mendorong adanya pembuatan kaidah-kaidah yang disimpulkan dari ucapan orang Arab yang fasih yang bisa dijadikan rujukan dalam mengharakati bahasa Arab, sehingga muncullah ilmu pertama yang dibuat untuk menyelamatkan Bahasa Arab dari kerusakan, yang disebut dengan ilmu Nahwu. Adapun orang yang pertama kali menyusun kaidah Bahasa Arab adalah Abul Aswad ad-Du'ali dari Bani Kinaanah atas dasar perintah Khalifah Ali bin Abi Thalib.
     Terdapat suatu kisah yang dinukil dari Abul Aswad ad-Du'ali, bahwasanya ketika ia sedang ber-jalan-jalan dengan anak perempuannya pada malam hari, sang anak mendongakkan wajahnya ke langit dan memikirkan tentang indahnya serta bagusnya bintang-bintang. Kemudian ia berkata,  “Apakah yang paling indah di langit?” Dengan mengkasrah hamzah, yang menunjukkan kalimat tanya. Kemudian sang ayah mengatakan, “Wahai anakku, Bintang-bintangnya”. Namun sang anak menyanggah dengan mengatakan, “Sesungguhnya aku ingin mengungkapkan kekaguman”. Maka sang ayah mengatakan, kalau begitu ucapkanlah,  “Betapa indahnya langit.” Bukan,?) “Apakah yang paling indah di langit?” Dengan memfathahkan hamzah…"
     Dikisahkan pula dari Abul Aswad ad-Du'ali, ketika ia melewati seseorang yang sedang membaca al-Qur’an, ia mendengar sang qari membaca surat at-Taubah ayat 3 dengan ucapan, (inallah bariun minal musrikina warosulih), dengan mengkasrahkan huruf lam pada kata rasuulihi yang seharusnya di dhommah. Menjadikan artinya “…Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasulnya...” Hal ini menyebabkan arti dari kalimat tersebut menjadi rusak dan menyesatkan. Seharusnya kalimat tersebut adalah, (inallah bariun minal musrikina warosulluh) “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.”
     Karena mendengar perkataan ini, Abul Aswad ad-Du'ali menjadi ketakutan, ia takut keindahan Bahasa Arab menjadi rusak dan gagahnya Bahasa Arab ini menjadi hilang, padahal hal tersebut terjadi di awal mula daulah Islam. Kemudian hal ini disadari oleh khalifah Ali Bin Abi Thalib, sehingga ia mem-perbaiki keadaan ini dengan membuat pembagian kata, bab inna dan saudaranya, bentuk idhofah (penyandaran), kalimat ta’ajjub (kekaguman), kata tanya dan selainnya, kemudian Ali bin Abi Thalib berkata kepada Abul Aswad ad-Duali, (?????? ????? ?????????) “Ikutilah jalan ini”. Dari kalimat inilah, ilmu kaidah Bahasa Arab disebut dengan ilmu nahwu. (Arti nahwu secara bahasa adalah arah)
     Kemudian Abul Aswad ad-Du'ali melaksana-kan tugasnya dan menambahi kaidah tersebut dengan bab-bab lainnya sampai terkumpul bab-bab yang men-cukupi. Kemudian, dari Abul Aswad ad-Duali inilah muncul ulama-ulama Bahasa Arab lainnya, seperti Abu Amru bin ‘alaai, kemudian al-Khalil al-Farahidi al-Bashri (peletak ilmu ‘Arudh dan penulis Mu’jam pertama), sampai ke Sibawaih dan Kisa'i (pakar ilmu nahwu, dan menjadi rujukan dalam kaidah Bahasa Arab).
     Seiring dengan berjalannya waktu, kaidah Bahasa Arab berpecah belah menjadi dua mazhab, yakni mazhab Bashrah dan Kufy (padahal kedua-duanya bukan termasuk daerah Jazirah Arab). Kedua mazhab ini tidak henti-hentinya tersebar sampai akhirnya mereka membaguskan pembukuan ilmu nahwu sampai kepada kita sekarang.

Peletak Dasar Ilmu Nahwu

     Adalah bangsa Arab dahulu pada masa Jahiliyah mendiami jazirah Arab, yang mana mereka tidak bercampur dengan bangsa-bangsa 'Ajam (bukan Arab) melainkan hanya terkadang saja. Dan yang demikian mengakibatkan fasihnya dialek mereka dalam bahasa Arab, dan kuatnya mereka dalam menerangkan bahasa Arab, serta jauhnya mereka dari kesalahan berbicara dan penyimpangan dalam suku Quraisy menempati kedudukan yang mulia, yang menjadikan bahasa Arab. Dan adalah mereka pemuka bagi kabilah-kabilah Arab lainnya. Suku Quraisy-lah yang memonopoli pelayanan terhadap Ka’bah. Dan bangsa Arab pergi menunaikan haji ke Ka’bah setiap tahun untuk tujuan ekonomi, seperti berdagang, saling tukar menukar barang dagangan dan juga tujuan-tujuan kesusasteraan, seperti menyaksikan perkumpulan ahli pidato dan syair di pasar-pasar “Ukadz” dan “Majnah” dan “Dzil Majaz”.
     Tempat-tempat itulah, tempat dimana para penyair dan ahli pidato dari seluruh penjuru bangsa Arab bertemu untuk membanggakan keturunan, berlomba dalam berpidato, saling bersyair, serta ber-hukum kepada orang-orang yang mulia dari kalangan penyair dan ahli pidato, agar mereka menetapkan keputusan atau menghukumi mereka. Dan dari kalangan mereka terdapat seorang hakim yang masyhur yang bernama “adz-Dzibyani”, yang mana keputusannya ditaati dan tidak ditolak. Dan sungguh suku Quraisy dengan aspek-aspek pendorong yang diberikan kepada mereka ini, mampu untuk menjadi suku atau kabilah yang paling bersih dialeknya dan paling fasih bahasa mereka, serta paling mencukupi penjelasannya. Maka dialek Quraisy menguasai atas segala dialek-dialek bahasa Arab.
     Para ahli sastra pun berlomba-lomba mem-pergunakan dialek Quraisy, sehingga tersebarlah dialek itu diseluruh penjuru jazirah Arab, dan hal ini adalah yang memperkenankan diturunkannya al-Qur’an dengan dialek Quraisy ketika “bersinar” matahari Islam atas jazirah Arabiyyah, dan manusia masuk dalam agama Allah dengan berbondong-bondong, (hal ini) mengharuskan bangsa Arab untuk tersebar di permukaan bumi serta berhubungan dengan manusia, bercampur dengan bangsa selain Arab diseluruh penjuru negeri yang ditaklukkan oleh kaum muslimin. Dimana dahulu (kaum muslimin) adalah “Mujahidin” (pejuang-pejuang agama) yang mana mereka bergerak dengan “dakwah yang baru” ke seluruh penjuru alam. Dan sungguh (hal ini) menimbulkan hubungan erat dengan penduduk negeri-negeri (yang ditaklukkan oleh kaum muslimin). Dan merekapun saling tukar-menukar barang-barang perdagangan. Lalu mereka pun menikahi (penduduk-penduduk negeri yang ditaklukkan itu), maka tumbuhlah generasi baru dari anak-anak yang terlahir yang tidak mampu “mengikat” lidah mereka (dengan bahasa Arab), dari sinilah kefasihan dan kelancaran bahasa Arab, dan tabiat mereka rusak, hingga mucullah “kesalahan pengucapan bahasa Arab”, kemudian memencar dan bertambah luaslah (kesalahan pengucapan bahasa Arab ini) hingga mencemaskan dan menggelisahkan “Mereka yang punya rasa cemburu” pada kefasihan bahasa Arab, dan menggoncangkan jiwa-jiwa mereka.
     Mengenai tokoh yang dapat disebut sebagai peletak batu pertama Ilmu Nahwu, ada perbedaan dikalangan para ahli. Sebagian ahli mengatakan, peletak dasar Ilmu Nahwu adalah Abul Aswad ad-Du'ali. Sebagian yang lain mengatakan, Nashr bin 'Ashim. Ada juga yang mengatakan, Abdurrahman bin Hurmus. Namun, dari perbedaan-perbedaan itu pendapat yang paling populer dan diakui oleh mayoritas ahli sejarah adalah Abul Aswad. Pendukung pendapat ini dari golongan ahli sejarah terdahulu antara lain Ibnu Qutaibah (wafat 272 H), al-Mubarrad (wafat 285 H), as-Sairafi (wafat 368 H), ar-Raghib al-Ashfahaniy (502 H), dan as-Suyuthi (wafat 911 H), sedangkan dari golongan ahli nahwu kontemporer antara lain Kamal Ibrahim, Musthofa as-Saqa, dan Ali an-Najdiy Nashif. Penokohan Abul Aswad ini didasarkan atas jasa-jasanya yang fundamental dalam membidani lahirnya Ilmu Nahwu.  
     Abul Aswad ad-Du'ali (wafat 69 H) adalah orang pertama yang mendapat kepercayaan dari Khalifah Ali bin Abi Thalib untuk menangani dan mengatasi masalah lahn yang mulai mewabah di kalangan masyarakat awam. Ali memilihnya untuk hal itu karena ia adalah salah seorang penduduk Bashrah yang berotak genius, berwawasan luas, dan berkemampuan tinggi dalam bahasa Arab. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa suatu ketika, Abul Aswad melihat Ali sedang termenung memikirkan sesuatu, maka ia mendekatinya dan bertanya: "Wahai Amirul Mu'minin! Apa yang sedang engkau pikirkan?" Ali menjawab: "Saya dengar di negeri ini banyak terjadi lahn, maka aku ingin menulis sebuah buku tentang dasar-dasar bahasa Arab". Setelah beberapa hari, Abul Aswad mendatangi Ali dengan membawa lembaran yang bertuliskan antara lain:
"Bismillahir rahmaanir rahiim. Al-kalaamu kulluhu ismun wafi'lun waharfun. Fal ismu maa anbaa 'anil musammaa, wal fi'lu maa anbaa a'an harakatil musammaa, wal harfu maa anbaa 'an ma'nan laisa bi ismin walaa fi'lin".
Artinya : "Dengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang. Ujaran itu terdiri dari isim, fi'il dan harf. Isim adalah kata yang mengacu pada sesuatu (nomina), fi'il adalah kata yang menunjukkan aktifitas, dan harf adalah kata yang menunjukkan makna yang tidak termasuk kategori isim dan fi'il'.
     Dalam riwayat lain dikatakan bahwa suatu ketika Abul Aswad mendengar seorang membaca ayat al-Qur'an: "Inna AIlaaha bariiun minal mu'miniina warasuulihi" dengan mengkasrah lam dari kata rasuulihi, padahal seharusnya didlammah. Atas kejadian itu dia kemudian meminta izin kepada Ziyad bin Abieh, Gubernur Bashrah, untuk menulis buku tentang dasar-dasar kaidah bahasa Arab. Ibnu Salam dalam kitabnya Thabaqaatu Fuhuulisy Syu'araa mengatakan "Bahwa Abul Aswad adalah orang pertama yang meletakkan dasar ilmu bahasa Arab. Hal itu dilakukannya ketika ia melihat lahn mulai mewabah di kalangan orang arab. Dia menulis antara lain bab fa'il, maf'ul, harf jar, rafa', nashab, dan jazm." Berbagai riwayat dengan berbagai sumber banyak sekali disebutkan oleh para ahli dalam rangka men-dukung Abul Aswad seagai tokoh peletak dasar Ilmu Nahwu.
     Namun demikian, diantara riwayat-riwayat itu masih banyak yang diperdebatkan keabsahannya. Satu riwayat yang cukup populer dan diakui keabsahannya oleh para ahli adalah bahwa Abul Aswad berjasa dalam memberi syakal (tanda baca) pada mushaf al-Qur'an. Sebagaimana diketahui pada mulanya tulisan Arab itu tidak bertitik dan tidak menggunakan tanda baca. Tidak ada tanda pembeda antara huruf dal dan dzal, antara huruf sin dan syin, dan sebagainya. Juga tidak ada perbedaan antara yang berbaris /a/, /i/, dan /u/.
     Demikian juga tulisan yang ada pada mushaf al-Qur'an, sehingga banyak orang yang keliru dalam membaca al-Qur'an, terutama umat Islam non-Arab. Lama-kelamaan, karena khawatir kesalahan itu akan semakin mewabah, Ziad bin Abi Sufyan meminta Abul Aswad untuk mencari solusi yang tepat. Berangkat dari permintaan itu akhirnya Abul Aswad menemu-kan jalan, yaitu dengan memberi tanda baca dalam al-Qur'an. Dengan tinta yang warnanya berlainan dengan tulisan al-Qur'an. Tanda baca itu adalah titik di atas huruf untuk fathah, titik dibawah huruf untuk kasrah, dan titik di sebelah kiri atas untuk dlammah. Karena tanda baca itu berupa titik-titik, maka dikenal dengan sebutan naqthul i'rab (titik penanda i'rab).
     Meski para sarjana bahasa berbeda pendapat tentang Abu al-Aswad sebagai peletak dasar Ilmu Nahwu. Namun tidak boleh dilupakan bahwa di sana banyak sekali pendapat yang menguatkan keabsahan-nya sebagai pioner Ilmu Nahwu (wâdhi`-u `Ilm al-Nahw-i) itu sendiri, seperti disinggung dengan bagus oleh Ahmad Amin, bahwa Ibn Qutaybah dalam kitab al-Ma’ârif mengafirmasi posisi Abu al-Aswad sebagai orang: “Yang pertama kali meletakkan dasar pondasi Nahwu”, Ibn Hajar pun dalam kitab Fî al-Ishâbah mengutarakan hal yang senada: “Orang yang pertama kali memberikan “titik” di mushaf dan meletakkan pondasi Nahwu adalah Abu al-Aswad. Inovasi yang digagas oleh Abu al-Aswad ini, lambat-laun, kemudian disambut hangat oleh para penduduk Arab dikala itu. Maka tak heran jika ilmu ini berkembang begitu pesatnya sehingga melahirkan banyak generasi mahir di bidang ilmu Bahasa Arab.
     Setelah Abu al-Aswad wafat, dua muridnya yaitu: Nashr ibn Ashim al-Laitsi (Wafat 89 H) dan Yahya ibn Ya’mur (Wafat 129 H) langsung sigap mengambil tongkat estafet gurunya dalam mempelopori perkembangan bahasa Arab dari masa ke masa. Selang beberapa tahun kemudian, setelah kematian murid-murid Abu al-Aswad, munculah seorang ulama popular yang karya agungnya menjadi disiplin ilmu terkenal dalam sastra arab yaitu: Khalil ibn Ahmad al-Farahidi. Estafet Khalil ini melahirkan murid brilian, Sibawaih, dengan karya besarnya: “al-Kitâb”.
Seiring dengan berkembangnya zaman keilmuan lahirlah kitab nahwu yang dikarang oleh orang yang Al ‘alim Al ‘alamah yaitu abi ‘abdullah muhammad bin muhammad Ason haji , yang diberi nama kitab Al jurumiyah , kitan yang s ringkas , mudah difaham  bagi tulat dan tulabat ibtidaiyah ,dan banyak kemamfa’atanya yang sudah disyarahi(dijabarkan) oleh banyak ‘ulama terkemuka diantaranya sayid ahmd zaini dahlan dengan syarah muhtasor jidan,muhamad muhyidin ‘abdul hamid dengan kitabnya Atuhfatu As-saniyah  syarahmuqodimah al jurumiyah dan lain sebaginya.

RENUNGAN HATI

      Banyak kenikmatan yang disusupkan diantara bencana, banyak kegembiraan yang mengarah dan menanti datangnya musibah. Namun yang terbaik adalah bersabar atas peristiwa yang melewati masa-masa-Mu, sebab semuanya pasti ada akibatnya. Tiap-tiap kesusahan ada kegembiraan, dan tiap-tiap yang murni masih ada campuran. Jika rasa syukurku karena nikmat Allah adalah kenikmatan juga, maka aku wajib pula bersyukur.      Kemudian dimana batas syukur untuk mensyukuri kecuali lantaran anugrah-Nya? Sekalipun hari dan umur terus bertambah dan menyatu. Bila ada penderitaan, pahala jelas mengikuti dan tiada lagi keduanya kecuali kenikmatan juga. Jadi sangat sempit daratan dan lautan untuk merealisasikan kenikmatan. Ya Allah..jadikanlah aku orang yang sesalu bersyukur dalam keadaan apapun karena aku yakin semua yang Engkau berikan adalah yang terbaik buat_Ku, meski kadang tak seperti yang aku inginkan tapi aku yakin Engkau lebih mengenali_Ku, dari pada diri_ku sendiri.
Sesungguhnya kebajikan itu ada tiga macam :
1. Ada di ucapan, maka yang ucapannya bukan dzikir kepadanya dia sama engan bermain-main.
2. Pandangan, jika yang pandangannya tidak berniat mengambil pelajaran, artinya ia lupa.
3. Diam, jika diamnya bukan untuk berpikir, maka ia telah berbuat tanpa ada manfaat.
Ada tiga hal yang dapat dijadikan pedoman orang mukmin:
1. Tawakal terhadap yang belum berhasil diraih
2. Ridho atas yang dihasilkan
3. Sabar atas yang terlanjur musnah
     Kuatkan kesabaran ketika ada musibah, sekali-kali jangan gusar. Manakala dunia menampakkan diri dengan keindahannya, maka sikap bersabar adalah yang terbaik adalah wira’i. Perangilah haawa nafsu dengan membiasakan diri dalam kebajikan dan wira’i selamanya, pasti tercapai cita-cita dan harapan tanpa ada yang menyimpang. Seperti nasehat abah yang selalu mengingatkan kita untuk wira’i.
     Sabar merupakan kunci dari yang diharapkan, dia tidak henti-hentinya menolong. Bersabarlah sekalipun melewati malam-malam panjang. Sabar kadangkala membantu yang susah, dan kadang memperoleh apa yang selama ini jauh dan tidak mungkin tercapai.
     Sabar merupakan tali kekuatan iman dan benteng bagi syetan yang menyesatkan. Dalam kesabaran ada akhir yang amat terpuji. Kalau suatu hari ada bencana maka demikianlah kebiasaan waktu. Sebaiknya pakailah petunjuk menuju ridho Allah.
Sahabat Nabi saw: barang siapa yang mengumpulkan enam perkara maka akan memperoleh harapan masuk syurga:
1. Orang yang mengenal Allah dan berbakti pada_Nya.
2. Mengenal syetan dan menentangnya.
3. Mengenal kebenaran dan mengikutinya.
4. Mengenal kebatilan dan menjauhinya.
5. Mengenal dunia dan melemparnya.
6. Mengingat akhirat dan mencarinya.

PSIKOLOGI KELUARGA ISLAM

A. Pengertian Psikologi
     Psikologi (Ilmu Jiwa) adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia yang diasumsikan sebagai gejala dari jiwanya. Objek penelitian psikologi adalah tingkah laku manusia melalui perenungan, pengamatan dan laboratorium, kemudian dari satu tingkah laku dihubungkah dengan tingkah laku lain yang kemudian dirumuskan hukum-hukum kejiwaan manusia. 
Psikologi diartikan dalam beberapa istilah dan dikuatkan dengan beberapa pernyatan, meliputi: 
1. Psikologi merupakan Ilmu Pengetahuan yang ilmiah;
2. Psikologi bukan merupakan Ilmu Pengetahuan murni tetapi Ilmu Pengetahuan terapan;
3. Penerapan ilmu psikologi untuk menyelesaikan problem kehidupan sehari-hari;
4. Penerapan prinsip-prinsip psikologi adalah seni;
5. Keterampilan didapat dari belajar, praktek dan pengalaman khusus.
Pendekatan psikologi dapat dikaji dari beberapa sudut pandang, antara lain:
1. Pendekatan Behavioristik
Pendekatan Behavioristik merupakan suatu pandangan bahwa pokok persoalan psikologi adalah tingkah laku, tidak berkaitan dengan kesadaran dan mentalitas.
2. Pendekatan Kognitif
Pendekatan Kognitif meyakini bahwa tindakan manusia didasarkan pada masukan stimulus dan out put respon. 
3. Pendekatan Psikoanalitik
Pendekatan Psikoanalitik meyakini bahwa sebagian besar perilaku manusia barasal dari proses yang tidak didasari
4. Pendekatan Neurobiology
Pendekatan Neurobiology merupakan suatu pendekatan terhadap studi manusia yang berusaha menghubungkan perilaku dengan otak dan sistem syaraf.
5. Pendekatan Fenomenologis  
Pendekatan Fenomenologis memusatkan perhatian pada pengalaman subjektif yang berhubungan dengan pengalaman pribadi mengenai dunia dan penafsiran mengenai berbagai kejadian yang dihadapi.

Objek kajian psikologi adalah manusia dan kegiatan-kegiatannya dalam hubungan dengan lingkungannya. manusia secara hakiki memiliki tiga segi yaitu, Mahluk individual, mahluk sosial dan mahluk berketuhanan.

B. Ruang Lingkup Psikologi
     Kajian psikologi tentang manusia secara integral meliputi dimensi Bio-Psiko-Sosio-spiritual sebagai penentu perilaku dan kepribadian. manusia dikatakan sehat apabila secara biologis bebas dari penyakit, sehat mental yaitu memiliki penyesuaian diri yang baik dari kesehatan dan kesejahteraan serta penuh semangat hidup. Sehat adalah sehat dalam segi fisik, psikologis, sosial dan spiritual (agama).
Bidang-bidang psikologi sangat luas, diantaranya yaitu psikologi perkembangan, psikologi sosial (menyabangkan psikologi keluarga), psikologi kepribadian, psikologi klinis, psikologi sekolah dan pendidikan, psikologi industri dan organisasi.

C. Sejarah Perkembangan Psikologi
     Psikologi dikenal pada akhir abad 18 M, tetapi akarnya telah menghujam kedalam kehidupan primitif  manusia sejak zaman dahulu. Plato mengatakan bahwa manusia adalah jiwanya, sedangkan badan adalah alat saja. sedangkan Aristoteles mengatakan bahwa jiwa itu adalah fungsi dari badan, sebagaimana penglihatan merupakan fungsi dari mata. kajian tentang jiwa di Yunani selajutnya menurun bersama runtuhnya peradaban Yunani.
     Runtuhnya peradaban Yunani Romawi memberi peluang kepada pemikir-pemikir Islam mengisi panggung sejarah. melalui gerakan penterjemahan dan komentar oleh para pemikir Islam pada masa Daulah Abbasiyah, esensi dari pamikiran Yunani diangkat dan diperkaya, selanjutnya melalui peradaban Islam Barat menemukan kembali keilmuan yang telah hilang itu. Dalam sejarah keilmuan psikologi dapat diketahui bahwa hingga kini belum ada kesatuan pandangan tentang manusia. Hal ini dipengaruhi oleh kapasitas intelektual dan lingkungan zaman dimana mereka hidup. 

D. Pengertian Keluarga
     Keluarga merupakan sebuah institusi terkecil didalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai dan sejahtera. merupakan suatu ikatan hidup yang didasarkan karena terjadinya perkawinan, persusuan dan pengasuhan.
Keluarga diartikan sebagai dua orang yang berjanji hidup bersama yang berkomitmen atas dasar cinta, serta menjalankan tugas dan fungsi yang saling terkait. keluarga merupakan lambang kehormatan dan kemandirian bagi seseorang, juga sebagai lembaga sosial yang paling dasar untuk mencetak kualitas manusia. 

E. Pengertian Psikologi Keluarga Islam
     Psikologi keluarga Islam adalah ilmu yang membicarakan tentang psikodinamika keluarga mencakup dinamika tingkah laku,motivasi,perasaan,emosi,dan atensi anggota keluarga dalam relasinya baik interpersonal maupun antar personal untuk mencapai fungsi kebermaknaan dalam keluarga yang didasarkan pada pengembangan nilai-nilai islam yang yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah.

F. Dinamika Kehidupan Dalam Keluarga
     Perkembangan peradaban dan kebudayaan telah banyak memberikan pengaruh pada tatanan kehidupan umat manusia,baik yang bersifat positif maupun negatif,terutama dalam lingkup kelurga.oleh karena itu,pembinaan anak secara dini dalam keluarga merupakan suatu ikhtiar yang sangat mendasar,terutama dalam hal pendidikan agama,budi pekerti,tata krama,dan baca tulis hitung,dsb.hal ini bertujuan menyiapkan generasi penerus yang lebih berkualitas.sebagai hamba Allah yang mulia dan sebagai warga negara yang bertanggung jawab atas moral maupun sosial.

G. Ruang Lingkup Psikologi Keluarga 
     Ruang lingkupnya mencakup pada profil keluarga sakinah,manajemen rumah tangga,kominikasi antar anggota keluarga,pengembangan potensi dalam keluarga,strategi mengatasi konflik,dan penyelesaian masalah pesan dan tanggung jawab anggota keluarga yang berkesetaraan gender,internalisasi,eksternalisasi nilai-nilai islam dalam keluarga.

H. Manfaat Psikologi Meluarga
     Untuk mengantarkan menuju keluarga sakinah,pengetahuan tentang psikologi keluarga sangat diperlukan bagi calon mempelai, suami istri, ayah ibu, kakek dan nenek yaitu:
a. Sebagai bekal untuk memahami, memprediksi dan mengendalikan tingkah laku,bagi anggota keluarga;
b. Untuk kemudahan membangun relasi setiap anggota; 
c. Memahami karakteristik masing-masing;
d. Menghargai pengalaman dan kecenderungan yang berbeda;

I. Bangunan Keluarga dalam Perspektif Psikologis
     Seperti halnya sebuah bangunan yang memerlukan pondasi, pilar, atap dan dinding. Begitupun dengan sebuah keluarga yang harus dibangun dengan pondasi yang kuat. Demikian macam pondasi untuk membangun sebuah keluarga;
a. Fundasi Cinta
     Cinta merupakan fundasi yang sangat penting dalam membangun sebuah keluarga, jalinan cinta dalam ikatan sakral dapat memperteguh jalinan cinta itu sendiri. Ciri cinta sejati:
Menikmati kebersamaan
Hangat dalam berkomunikasi
Saling mengikiti keinginan baik dari orang yang dicintai
Memaklumi kekurangan dan saling mengikhlaskan
b. Dorongan Fitrah
     Fitrah manusia dalam diciptakan yakni memiliki cinta untuk lawan jenisnya, dengan fitrah tersebut akan mendorong manusia untuk memilih jodoh dan hidup berumah tangga. Firman Allah,
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri (manusia) dan menjadikan bagimu istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu” (Q.S: an-Nahl ayat 72)
c. Etos Ibadah
     Ibadah akan menjadi fundasi dalam kehidupan keluarga bagi orang yang patuh terhadap agama. Menurut ajaran islam, nilai dalam agama separuhnya ada dalam keluarga. Sebagaimana sabda Rasul,                                
“Ketika seorang hamba menikah maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan separuh dari agamanya, maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah untuk menjaga separoh yang lain” (HR. Tabrani dan Hakim).

J. Dasar dan Sendi Membangun Keluarga Sakinah
     Keluarga harmonis terbentuk berkat upaya semua nanggota keluarga yang saling berinteraksi dan berkomunikasi . maka dari itu diperlukan 3 pilar untuk membangunnya;
1. Kasih Sayang
     Tanpa jalinan perkawinan kasih sayang antar jenis tidak akan abadi, sebab perkawinan mempersatukan rasa kasih sayang atas kehendak Allah sang pemberi cinta kasih dalam ikatan sakral atau mitsaqan ghalidha. Firman Allah
"Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri. Dan mereka (istri-istri) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat” (QS. An-Nisa’ ayat 21)
2. Keharmonisan
     Tidak hanya cinta yang dibutuhkan dalam keluarga namun keharmonisan pun perlu, untuk mencapai keharmonisan dapat dipahami melalui perbedaan yang melatari kehidupan.
     Dewasa ini banyak keluarga mengalami tantangan berat sebagai dampak dari modernisasi dan globalisasi terhadap kehidupan keluarga, mereka menganggap perceraian sebagai salah satu cara paling tepat untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam perkawinan. Jutaan keluarga mengalami frustasi, kesepian, konflik, sebab salah paham dan ketidakmampuan mereka untuk menjaga komunikasi dalam kesibukan. Untuk itu pengaturan waktu merupakan pertimbangan yang efektif.
     Keluarga harmonis dapat diwujudkan denagn mengakomodir perbedaan kepribadian, pengalaman, dan penyesuaian perbedaan gaya hidup yang dilakukan dengan rahmah. Sehingga dengan perbedaan inilah dapat menumbuhkan rasa toleransi dan saling menghargai antar sesama.  
3. Pemenuhan Aspek Infrastruktur (Sandang, Pangan, Papan)
     Setiap orang tentunya mempunyai kebbutuhan apalagi yang berhubungan dengan sandang, pangan, papan yang biasa disebut dengan kebutuhan primer, fisiologis, atau jasmaniah. Bagi keluarga modern perlu pula pemenuhan dalam hal kesehatan, pendidikan, rekreasi, transportasi dan komunokasi. Dalam keluarga tradisional digolongkan dalam kebutuhan sekunder, psikologis, atau ruhaniyah. Kestabilan ekonomi turut andil dalam menentukan kebahagiaan keluarga, agar ekonomi stabil perlu diperlukan perencanaan anggaran keluarga dan keterbukaan/kejujuran dalam hal keuangan antar anggota keluarga. 
     Selama ini masyarakat dalam menganggap kebutuhan pangan, ayah lebih membutuhkan asupan gizi dari pada ibu dan anak-anak. Sebab ayahlah yang mencari nafkah, bekerja keras, dan lebih dari itu ayah sebagai kepala keluarga yang berhak mendapatkan pelayanan prima dibanding yang lain. Namun pandangan ini bertentangan dengan kebutuhan riil yang harus dipenuhi dimana pengabaian asupan gizi pada ibu usia subur terutama yang sedang hamil dan menyusui mengakibatkan ibu mengalami anemia dan reproduksi tidak sehat.
     Bagi anak-anak dalam masa tumbuh kembang perlu mendapatkan perhatian agar proses pertumbuhan mereka dilalui dengan wajar, yang nantimya menjadikan ia anak yang kuat akan fisik dan mentalnya. Seluruh kebutuhan keluarga baik sandang, pangan, papan dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan berbeda teruama kebutuhan spesifik antara laki-laki dan perempuan karena mereka berbeda secara kodrati. 

PEMBANGUNAN KARAKTER PADA MAHASISWA

A. Latar Belakang Masalah
     Pada saat sekarang ini sedang gencar-gencarnya pembangunan karakter diri mahasiswa di perbincangkan. Apalagi ini menyangkut kepribadian sehari-hari mahasiswa dengan lingkungan hidupnya baik ditempat pendidikan maupun dilingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Sekarang ini banyak mahasiswa yang mempunyai nilai ujian atau sering kita sebut juga dengan IPK tinggi. Namun menurut saya IPK tinggi belum menjadi jaminan bahwa mahasiswa sudah bisa membangun karakter kepribadian dalam diri masing-masing. Kita sebagai mahasiswa sering mendapatkan teori pengajaran dari para dosen kemudian kita juga diwajibkan aktif dalam mencari referensi yang telah diajarkan para pengampu. Bukan hanya itu saja, dalam kehidupan sehari-hari, kita dianjurkan pula untuk mempraktekkan norma-norma positif dari teori-teori yang telah kita terima dalam dunia pembelajaran.
     Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka pendidikan karakter harus dilakukan dengan tepat. Dukungan dari berbagai pihak sangatlah diperlukan, baik oleh pemerintah, masyarakat, keluarga maupun sekolah. Kondisi ini akan terbangun jika semua pihak memiliki kesadaran bersama dalam membangun pendidikan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan terutama sekolah atau universitas. 
     Lembaga pendidikan, khususnya sekolah atau universitas dipandang sebagai tempat yang paling strategis untuk membangun karakter seseorang. Karena peserta didik lebih banyak menghabiskan waktu kesehariaanya di sekolah atau universitas. Pendidikan karakter lebih diprioritaskan di sekolah atau universitas dengan tujuan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat.
Dengan diterapkannya pendidikan karakter di sekolah atau universitas diharapkan peserta didik dapat memiliki karakter sesuai yang diharapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut butuh dukungan semua unsur yang ada di sekolah untuk dapat berpartisipasi secara aktif sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing.

B. Permasalahan
• Permasalah yang akan dibahas di makalah ini adalah :
• Bagaimanakah cara atau upaya untuk membangun karakter mahasiswa?
• Apakah sebenarnya yang dimaksud mahasiswa yang berkarakter tersebut?
• Kendala apa yang dihadapi dalam upaya mewujudkan menjadi mahasiswa yang berkarakter kuat dan cerdas?
            
C. Tujuan
    Membentuk mahasiswa yang tidak hanya cerdas, namun bermoral dan berkarakter kuat. Membentuk kepribadian mahasiswa calon guru yang berkualitas. Dengan kepribadian guru yang bermoral dan berkualitas, diharapkan mampu menjadikan Indonesia menjadi negara yang maju.
            
PEMBAHASAN

I.1 Upaya Membangun Karakter Mahasiswa
     Pada saat sekarang ini banyak mahasiswa yang mendapat nilai hasil ujian yang tinggi namun tetap pasif dalam menjalankannya didunia yang nyata atau dalam prakteknya. 
     Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum yang terdidik. Dengan ke”Maha”an yang melekat pada kata Mahasiswa, artinya dari suatu hal yang besar dalam diri siswa. Bukan sekedar siswa saja yang berperilaku sangat emosional, berpikir praktis, dan belum tereksplornya potensi, maka ketika mahasiswa sifat tersebut berubah menjadi santun, cerdas, kritis, kreatif, inovatif, menerika kritikan, terbuka, dan tanggap terhadap permasalahan di lingkungan.
     Melihat pemberitaan di media yang kurang santunnya perilaku mahasiswa ketika berdemonstrasi yang berakhir ricuh, adanya perkelahian antar mahasiswa dalam satu Universitas, mahasiswa tidak sepakat dengan kebijakan lembaga yang berujung pada perusakan fasilitas belajar, tingginya jumlah pengangguran yang berasal dari kalangan mahasiswa, tidak kreatifnya mahasiswa dalam mencari kerja, minimnya mahasiswa dalam menciptkan lapangan kerja sendiri setelah lulus dan lainnya menjadikan nilai-nilai dalam diri mahasiswa menjadi luntur. Sehingga dibutuhkan suatu character building dalam mahasiswa. Selanjutnya pada tahap akhir perkuliahan, dimana pada masa ini mahasiswa memperoleh gelar kesarjanaan sebagai tanda akhir proses belajar secara formal.
     Mahasiswa harus memahami bahwa gelar kesarjanaan yang diemban memiliki konsekuensi berupa tanggung jawab moral sehingga perlu dihindari upaya-upaya melalui jalan pintas. Pengenalan diri diperlukan untuk menentukan strategi yang efektif yang akan digunakan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, mahasiswa harus menyadari siapa dirinya, dan kekuatan serta kemampuan apa yang dimilikinya yang dapat digunakan untuk menghadapi

a. Menentukan tujuan dan target yang jelas
    Bagi mahasiswa, kampus merupakan dunia kedua untuk mereka setelah keluarga. Oleh karena itu, mahasiswa perlu beradaptasi pada dunia kampus tempat dimana dia belajar. Disamping mahasiswa dihadapkan pada bidang studi tertentu yang menjadi pilihannya yang relatif lebih khusus dari mata pelajaran terentu, mahasiswa juga dihadapkan pada teknik dan pola pembelajaran yang berbeda. Mahasiswa dianggap telah dewasa, jika telah mampu untuk mengelola dirinya dalam menghadapi berbagai macam aktivitas kehidupan kampus. Dengan demikian, kesiapan mahasiswa untuk memasuki lingkungan kampus sangat diperlukan.
    Salah satu kelemahan atau kegagalan yang dialami oleh mahasiswa dikarenakan kurang optimalnya pengembangan potensi mahasiswa terletak pada ketidakjelasan atau ketidaktahuan mahasiswa terhadap apa yang dilakukan dan yang dipersiapkan. Oleh karena itu, mahasiswa harus mengetahui dan sekaligus menentukan tujuan yang jelas.
b. Studi sebagai alat bukan tujuan
    Pada dasarnya studi atau belajar hanya merupakan alat untuk mencapai sesuatu, bukan sebagai tujuan. Karena studi dipandang sebagai alat maka harus dipersiapkan dengan matang, agar alat tersebut kelak dapat digunakan dengan baik. Jika demikian, dalam melakukan segala aktivitasnya, mahasiswa akan selalu berorientasi pada kualitas dan pengembangan yang lebih lanjut.
c. Lebih berorientasi pada “performance” daripada “status”
    Aktivitas yang dilakukan mahasiswa hendaknya lebih menekankan pada aspek “performance” daripada aspek “status”, atau lebih menekankan pada kinerja daripada status, lebih menekankan kualitas daripada kuantitas,lebih menekankan proses daripada produk. Hal tersebut bukan berarti status atau hasil itu tidak penting, tetapi lebih menekankan pada usaha dan proses, karena selain menghasilkan keterampilan atau keahlian seorang peserta didik akan mendapatkan pola atau teknik pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai landasan pengalaman untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. 
d. Mengembangkan alat-alat masa depan
    Terdapat beberapa materi tertentu yang tidak didapat diperkuliahan atau diperoleh tetapi perlu pendalaman dan pengembangan yang lebih lanjut. Materi tersebut selalu menyertai dan menjadi alat masa depan mahasiswa, contohnya kepemimpinan; komunikasi dengan bahasa asing; teknologi informasi.
e. Tidak hanya berorientasi pada aktivitas akademik (kuliah)
    Mahasiswa, memiliki keleluasaan dalam menempa dirinya di kampus sehingga perlu memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya. Sebenarnya mahasiswa dihadapkan pada bebrbagai macam aktivitas selain kegiatan belajar formal. Oleh karena itu, mahasiswa hendaknya juga memiliki kegiatan lain selain kegiatan akademik, seperti aktivitas kemahasiswaan atau yang lain.
    Berbagai kegiatan mahasiswa yang dapat dilakukan, seperti: kegiatan ilmiah(diskusi, seminar, dan kajian-kajian lain); kegiatan dalam organisasi kemahasiswaan, kegiatan keagamaan, kegiatan keolahragaan, dan lain-lain. 
f. Mau mengembangkan diri
    Mahasiswa harus senantiasa mengembangkan diri agar memiliki bekal yang memadai. Upaya yang dilakukan dapat diarahkan dan ditekankan pada pengembangan karakter, seperti; berprinsip, progresif, sederhana dalam hidup, cerdas, kompeten, memiliki rencana hidup, bekerja dengan tepat dan cermat.
g. Mahasiswa yang berkarakter
    Mahasiswa bukanlah makhluk yang sempurna, mahasiswa hanyalah sesosok pelajar yang berusaha memahami dan berusaha menguasai lingkungan baru untuk mendapatkan pendidikan dan pengalaman sebagai landasan untuk menghadapi hidup dimasa yang akan datang.
    Mahasiswa tidak selalu benar dalam segala tindakan yang dilakukan baik dirumah atau disekolah. Oleh karena itu mahasiswa membutuhkan suatu sosok yang dapat dijadikan sebagai contoh atau teladan dalam hidupnya. Jika seorang mahasiswa diberi peringatan atau diberi anjuran oleh seseorang yang lebih paham, mahasiswa tersebut harus menerima dan berusaha mencari kebenaran. Mahasiswa tidak bersifat sombong atau menganggap dirinya yang paling benar.

I.2. Kendala yang dihadapi dalam upaya membangun karakter mahasiswa
    Orientasi mahasiswa saat ini lebih pragmatis ketimbang idealis ditambah lagi budaya individualis yang terus mengakar dan merasuk dalam kepribadiannya. Konsekuensi logis dari kentalnya orientasi ini adalah terpolanya perilaku-perilaku oportunistis yang negatif. Mahasiswa saat ini masih berpikir, “Bagaimana cara yang instan untuk mendapatkan nilai yang baik?” Pemikiran seperti demikian telak sekali adaptasi dari hukum ekonomi klasik, “Dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.” Akhirnya jalan-jalan culas pun dihalalkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi kepentingan pribadi. Ironinya ketika kita melihat seorang aktivis pembela mahasiswa dan rakyat kecil dari jeratan koruptor yang setelah melakukan aksi, mereka mencontek saat ujian. Inilah sebuah fenomena yang disebut-sebut sebagai bibit-bibit koruptor. Menurut analisa saya kendala upaya mengembangkan karakter mahasiswa adalah:
• Hilangnya kejujuran, masih sangat banyak mahasiswa yang tidak jujur, contoh kecilnya adalah ketika ada pemimpin kelas yang menyampaikan biaya pembayaran fotocopy tugas dengan kisaran harga yang tidak sesuai, dan pada akhirnya ia memasukkan sisa uang kelebihannya untuk kepentingan pribadi. Dan disinilah bibit korupsi akan berkembang.
• Orientasi mahasiswa saat ini lebih pragmatis ketimbang idealis ditambah lagi budaya individualis yang terus mengakar dan merasuk dalam kepribadiannya
• Hilangnya rasa tanggung jawab,
• Tidak berpikir jauh kedepan (Visioner),
• Rendahnya disiplin,
• Krisis kerjasama,
• Krisis keadilan, 
• Krisis kepedulian.
• Terkadang masih memiliki sifat gengsi
• Merasa hebat dari yang lain 
• Merasa sombong karena menganggap dirinya mahasiswa
• Masih ada yang belum bisa membedakan cara bicara dengan kalangan manakah ia berbicara. Contoh kecil misalnya ada seorang mahasiswa berbicara menggunakan bahasa ilmiah dengan seorang petani. Menurut saya ini sangat tidak relevan.

I.3. Solusi Dalam Upaya Membangun Karakter Mahasiswa
    Untuk menghadapi masalah tersebut diharapkan mahasiswa mempunyai solusi yang tepat dalam upaya membangun karakter mahasiswa. 
•Membudayakan Jujur, berbicaralah apa adanya tidak mengurangi atau melebihi kata-kata, baik kepada teman, dosen, orang tua dan orang lain. Karena sekali lagi jujur adalah mata uang yang berlaku dimana-mana.
• Bertanggung jawab atas gelar sarjana yang dimilikinya nanti, bertanggung jawab atas tugas-tugasnya sebagai mahasiswa,
• Visioner,
• Disiplin dalam berorganisasi, kampus, kelas, dan dengan semua tugas yang telah diberikan. Serta menanamkannya dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
• Kerjasama tim dalam berorganisasi, tidak egois, berani berpendapat, berani menolak pendapat orang lainn dengan bijaksana bukan bijaksini.
• Adil ketika dalam berorganisasi,didalam kelas, dalam bersosialisasi, dalam keluarga dan masyarakat. Maka jika kita adil maka mencerminkan sikap pemimpin yang baik nantinya. Bisa jadi mahasiswa yang adil sudah mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin yang adil pula. Dan,
• Peduli terhadap sesama, bahkan akan lebih baik jika mahasiswa memliki upaya untuk mendirikan sekolah-sekolah singgah bagi anak jalanan yang tidak pernah samasekali mengenyam pendidikan.
• Masih ada mahasiswa yang kurang bisa mempraktekkan semua teori yang  di dapat ketika ujian akhir semester. Contoh kecilnya adalah ketika kita dalam mengisi soal misalnya “apa yang akan kamu lakukan ketika melihat nenek renta yang akan menyebrang jalan?”, dalam jawaban kita pasti akan menulis bahwa kita akan “membantunya”,namun dalam dunia yang nyata masih banyak pula mahasiswa yang belum mempraktekkan apa yang telah ia tulis dalam teori bangku kuliah. Jadi disinilah sangat penting pengaruh pembangunan karakter pada jiwa mahasiswa, karena mahasiswa adalah bibit pembela bangsa yang akan langsung terjun dalam bidangnya.

KESIMPULAN

    Berdasarkan makalah ini dapat disimpulakan tentang bagaimana pentingnya mahasiswa memiliki karakter yang kuat dan cerdas dalam hidupnya. Menjadi mahasiswa yang berkarakter tidaklah semudah yang dibayangkan, mahasiswa harus memiliki kemauan dan niatan yang kuat untuk menjadikan dirinya berkarakter. Faktor terberat yang dihadapi mahasiswa adalah dirinya sendiri, apakah ia mampu mengatasi kendala-kendala yang menjadi hambatan untuk menjadi mahasiswa yang berkarakter atau malah sebaliknya.
    Dukungan dari luar tentu sangat berperan dalam upaya membangun karakter mahasiswa. Lingkungan yang kondusif tentu sangat membantu untuk mewujudkan upaya membangun karakter mahasiswa tersebut.

REKOMENDASI

    Saya merekomendasikan bahwa mahasiswa memposisikan diri sebagai barisan intelektual dalam mengawal pembangunan bangsa yang ideal. Mahasiswa selalu berada di garis terdepan dalam membawa dan mengawal perubahan. Mahasiswa dikenal dengan sifat kreatif, dinamis, dekat dengan masyarakat dan selalu menjadi solusi bagi setiap permasalahan bangsa. Karakter tersebut perlu dibangun kembali pada setiap mahasiswa. Namun paradigma yang saat ini lebih dominan beredar di mahasiswa Indonesia sebagai insan akademik adalah “Lulus cepat, langsung kerja.” Sehingga yang sering terjadi adalah penanggalan peran penting mahasiswa sebagai pengabdi masyarakat. Mahasiswa harus tetap dapat menjaga keseimbangan antara kepekaan terhadap lingkungan sosial maupun permasalahan bangsa dan juga kompetensi keilmuwan yang harus dimiliki. Karena mahasiswa diharapkan terus memberikan kontribusi pemikiran dan tindakan dalam membantu masyarakat, karena ia merupakan bagian dari masyarakat. Jika mahasiswa kehilangan intelektualitasnya dan keberanian dalam membela dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, maka nasib bangsa Indonesia tidak akan jelas. Dan rakyat akan menjadi korban dari runtuhnya intelektualitas dan idealisme mahasiswa. Apabila karakter ini dapat terbangun, mahasiswa dan gerakannya akan tetap menjadi tokoh intelektual dan peluang perubahan dalam masyarakat, yang bertanggung jawab dan penuh keberanian.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. 2009. Bangkit dengan Tujuh Budi Utama. Jakarta: PT Arga Publishing.
Buku saku Mahasiswa Etika Tata Tertib Mahasiswa Tahun 2008. Yogyakarta: Bagian Kemahasiswaan UNY.

PELAJARI SUAMI

1. perkataan yang kasar dari suami tidak menjadikannya jantan | justru itu perlihatkan sikap terlihat kejam tanpa perasaan

2. wanita dicipta dari lekuk rusuk agar disayangi | tentu lebih layak dicintai setelah jadi istri

3. meluruskannya dengan paksa hanya mematahkannya | kesabaran dan kelembutan adalah kuncinya

4. istri diambil dengan amanah serta kalimat yang baik dari walinya | jaga dan berlakulah baik padanya sebagaimana Nabi meminta

5. siapa yang tak luluh hatinya bila memiliki suami | yang santun lisannya dan sabar dalam menasihati?

6. bukan agar istri takut pada suami lalu istri takut berlaku salah | namun agar dia enggan melihat suaminya sedih maka dia berlaku benar

7. maka ancaman apalagi pukulan bukanlah jalan | coba kata-kata lembut sejuk penuh pengertian pelan-pelan

8. sebetulnya bila istri senantiasa berbuat salah | maka sejatinya suaminya itu bermasalah

9. karena tugas suami bukan hanya menafkahi lahir | namun terutama agar dalam kebaikan dia jadi mahir

10. membimbing dan mengajari kebaikan adalah tugasnya suami | memimpinnya dalam kebenaran adalah kewajiban suami

11. jagan tuduh istrimu tidak sempurna melakukan kewajibannya | mungkin suaminya yang tidak penuh tunaikan haknya?

12. atau mungkin kedua-duanya selama ini bermasalah? | tanpa iman dan ilmu lantas nekat untuk menikah?

13. bagaimanapun suami adalah pemimpin atas istrinya | tak layak pemimpin tidak berlaku baik pada yang dipimpinnya

14. pandangilah dia bila memasak bagi anak-anakmu | dengarkan senandungnya saat menidurkan anak-anakmu

15. lisan yang baik itu merubah akal dan pikiran | lisan kasar dan amal kasar tanda cacat pikiran

16. perbanyak memahami kisah Rasulullah memerlakukan istri-istrinya | niscaya kita temukan hikmah pelajaran kaya pekerti

17. "sesungguhnya yang paling baik diantara laki-laki | adalah yang paling baik kepada istri-istrinya" (HR Ahmad)

18. kenyataannya jarang kita temukan suami dzalim pada istrinya | lantas Allah berikan kemudahan hidupnya di dunia

19. sayangi dan muliakan istrimu | bahagia dan berharga hidupmu