Rabu, 13 Maret 2013

Filsafat Pendidikan

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MENURUT IMAM AL-GHAZALI


KATA PENGANTAR
             Puji syukur kami memanjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyeleseikan makalah ini. Sholawat serta salam senantiasakami sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. Yang setia kepada risalah kenabiannya.
Kami menyampaikan terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-teman mahasiswa yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Setelah menyimak makalah ini,kamimengharapkan kepada seluruhpembaca agar mengembangkan makalah ini sebagai bahan diskusi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dan apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini kami memohon maaf,saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan.
Penyusun

PENDAHULUAN
Latar belakang
Al-Ghazali adalah seorang ahli fikir Islam yang dalam ilmunya,beliau lahir di Thus pada tahun 450 H dari keluarga sederhana. Sejakkecil Al-Ghazali telah ditinggal mati oleh orang tua nya,ia menghabiskan masa mudanya untuk belajar kepada Ulama-ulama besar seperti Ali bin Ahmad al-Radkani ketika di Thus,Ibnu Nasr al-Ismaili ketika ke Jurjan tahun 465 H dan akhirnya di Naisabur dengan Imam al-Juwaini.
Ketika di naisabur Al-Ghazali bergabung dengan perdana menteri Nizam Al mulk. Disini beliau banyak berdiskusi dan kecerdasannya mengguguli mereka. Sehingga mendapat kepercayaaan dari Nizam al Mulk diangkat menjadi guru besar di Universitas Nizamiyah di Bagdad tahun 484 H.
Al -Ghazali menjadi figur otoritatif dalam menolak pendapat dan keyakinan para penentangnya.ia melibas berbagai aliran keagamaan dan filsafat yang tidak disukai oleh penguasa kala itu. Hanya saja menurut Umar Faruk, keadaan ini tidak berlangsung lama. Al –Ghazali kemudian tersadar pada tahun 484 h oleh krisis kejiwaan akut yang dialaminya, ia sadar bahwa pembelaannya terhadap penguasa sebenarnya tidaklah diridhoi Allah dan tidak sama halnya dengan menjadikan dirinya sebagai pemburu dunia.
Setelah lama hijrah di negri orang akhirnya Al-Ghazalikembali ketanah kelahirannya lalu seperti biasa beliau beribadat dan melahirkan karya-karya mengenai ilmu pengetahuan dan pendidikan,salah satu karyanya adalahkitab  ihya’ ulummuddin (menghidupkan ilmu-ilmu agama).


PEMBAHASAN
 A.  Pemikiran pendidikan menurut Al Ghazali
    Pembicaraan Al-Gghazali mengenai pendidikan yang terdapat dalam kitab ikhya’ berkisar pada 3 hal pokok:
1. Penjelasan tentang keutamaan ilmu pengetahuan atas kebodohan
2. Pengklasifikasian berbagai ilmu yang termasuk kedalam program kurikuler
3. Kode etik para pendidik (guru)dan peserta didik
    Terkait dengan hal pertama, Al-Ghazali memaparkan serangkaian argumen-argumen naqli dan aqli. Argumen naqli bersumber  dari Al qur’an dan hadist. Adapuun argumen aqli yang dikemukakannya berorientasi pada tujuan tunggal berupa penngarahan individu menuju kedekatan diri dengan Allah.
        Dalam hubungan dengan kurikulum Al ghazali membagi ragam ilmu( sebagai program kurikuler) yaitu:
a. Ilmu yang bersifat fardhu ‘ain ilmu yang setiap orang wajib mempelajari agar tahu, yang dibagi menjadi 2 yaitu ilmu muamalah dan ilmu mukasafah; Ilmu muamalah yaitu ilmu, Ilmu mukasyafah yaitu ilmu
b. Ilmu yang bersifat fardhu kifayah

B. Kewajiban peserta didik
     Menurut Al-Ghazali ad 10 poin kewajiban peserta didik yaitu:
1.      Memprioritaskan penyucian diri dari akhlak tercela dan sifat buruk,sebab ilmu itu bentuk peribadatan hati, solat rohani dan pendekatan batin kepada Allah
2.      Menjaga diri dari kesibukan duniawi dan seyogyanya berkelana jauh dari tempat tinggalnya
3.      Tidak membusungkan dada kepada orang alim (guru ), melainkan bersedia patuh dalam segala urusan dan bersedia mendengarkan nasehat-nasehatnya.
4.      Bagi penuntut ilmu pemula hendaknya menghindarkan diri dari mengkaji fariasi pemikiran dan tokoh.
5.      Penuntut ilmu tidak mengabaikan suatu disiplin ilmu apapun yang terpuji melainkan bersedia mempelajarinya hingga tau akan orientasi dari disiplin ilmu itu.
6.      Penuntut ilmu dalam mendalami suatu ilmu tidak dilakukan sekaligus tetapi perlu beberapa tahapan dan prioritas yang terpenting
7.      Penuntut ilmu tidak melangkah  mendalami tahap ilmu berikutnya hingga ia benar-benar menguasai ilmu sebelumnya
8.      Penuntut ilmu hendaknya mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan dapat memperoleh ilmu yang paling mulia.kriterianya didasarkan pada dua hal keutamaan hasil dan reabilitas landasan argumentasinya
9.      Tujuan belajar menuntut ilmu adalah pembersihan batin dan menghiasinya dengan keutamaan serta pendekatan diri kepada Allah bukan bertujuan mencari kedudukan. Hendaknya memprioritaskan ilmu akhirat tetapi juga tidak meremehkan ilmu –ilmu yang lain.
10.  Penuntut ilmu mengetahui relasi ilmu yang dikajinya dengan orientasi yang ditiuju sehingga dapat memilih ilmu yang harus diprioritaskan
Beberapa konklusi yang mendirikan pola umum pemikiran Al-Ghazali dalam pendidikannya
1.      Menuntut ilmu tiada lain berorientasi pada pencarian ridho Allah karena ilmu berfungsi membersihkan jiwa manusia dari ambisi dan tujuan yang rendah.
2.      Kode etik tersebutme memperkuat teori ilmu ilhami yang oleh Al ghazali dijadikan sebagai landasan teori pendidikannya ”bahwa ilmu adalah cahaya yang dilimpahkan kedalam hati manusia”.
3.      Peneguhan tujuan agamawi dalam kegiatan menuntut ilmu  
4.      Al -Ghazali menegaskan , bahwa ilmu merupakan keutamaan pada dirinya sendiri tanpa syarat sebab ia adalah atribut kesempurnaan yang dimiliki Allah dan dengannya pula para malaikat dan para nabi menjadi mulia.

C.    Kewajiban pendidik( guru)

Al-Ghazali berpandangan idealistik terhadap profesi guru,guru  menurutnya adalah orang yang berilmu, beramal, dan mengajar. Dari sini Al ghazali menerangkan perlunya keterpaduan ilmu dengan amal.

Adapun kode etik atau tugas profesi yang harus dipatui oleh guru ( pendidik) yaitu:
1.      Menyayangi peserta didik bahkan memperlakukan mereka seperti anaknya sendiri
2.      Guru bersedia sungguh-sungguh untuk mengikuti tuntunan Rasulullah SAW , untuk mengajare  semata-mata hanya mencari ridho dan mendekatkan diri kepada Allah.
3.      Guru tidak boleh mengabaikan tugas memberi nasehat kepada peserta didik.
4.      Profesionalisme guru adalah mencegah peserta didik jatuh kedalam akhlak tercela melalui cara persuasif dan melalui cara yang penuh kasih sayang bukan dengan cara mencemooh dan kasar.
5.      Kepekaan guru dalam spesialisasi keilmuan tertentu tidak menyebabkannya memandang remeh ilmu yang lainnya.
6.      Guru menyampaikan materi pengajarannya sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik
7.      Terhadap peserta didik yang berkemampuan rendah guru menyampaikan materi yang jelas sesuai dengan kemampuan dalam mencernanya
8.      Guru mau mengamalkan ilmunya sehingga yang ada adalah menyatunya ucapan dan tindakan

Demikianlah prinsip-prinsip umum yang dikemukakan oleh Al-Ghazalib berkenaan dengan teori pendidikannya dalam kitab ikhya’. Pemikirannya tersebut secara utuh merupakan suatu pandangan konprehensif tentang praktek pendidikan. Namun demikian konsep filosofis pendidikannya tampak lebih banyak tertuang dalam kitab ayyuh Al walad

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ridla,muhammad jawwad.2002.Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Tidak ada komentar: