PEMIKIRAN PENDIDIKAN MENURUT IMAM AL-GHAZALI
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami memanjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyeleseikan makalah ini. Sholawat serta salam
senantiasakami sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. Yang setia kepada risalah
kenabiannya.
Kami
menyampaikan terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-teman mahasiswa yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Setelah menyimak makalah
ini,kamimengharapkan kepada seluruhpembaca agar mengembangkan makalah ini
sebagai bahan diskusi.
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita dan apabila ada kesalahan dalam pembuatan
makalah ini kami memohon maaf,saran dan kritik dari pembaca sangat kami
harapkan.
Penyusun
PENDAHULUAN
Latar belakang
Al-Ghazali adalah seorang ahli fikir
Islam yang dalam ilmunya,beliau lahir di Thus pada tahun 450 H dari keluarga
sederhana. Sejakkecil Al-Ghazali telah ditinggal mati oleh orang tua nya,ia
menghabiskan masa mudanya untuk belajar kepada Ulama-ulama besar seperti Ali
bin Ahmad al-Radkani ketika di Thus,Ibnu Nasr al-Ismaili ketika ke Jurjan tahun
465 H dan akhirnya di Naisabur dengan Imam al-Juwaini.
Ketika di naisabur Al-Ghazali
bergabung dengan perdana menteri Nizam Al mulk. Disini beliau banyak berdiskusi
dan kecerdasannya mengguguli mereka. Sehingga mendapat kepercayaaan dari Nizam
al Mulk diangkat menjadi guru besar di Universitas Nizamiyah di Bagdad tahun
484 H.
Al -Ghazali menjadi figur otoritatif
dalam menolak pendapat dan keyakinan para penentangnya.ia melibas berbagai
aliran keagamaan dan filsafat yang tidak disukai oleh penguasa kala itu. Hanya
saja menurut Umar Faruk, keadaan ini tidak berlangsung lama. Al –Ghazali kemudian
tersadar pada tahun 484 h oleh krisis kejiwaan akut yang dialaminya, ia sadar
bahwa pembelaannya terhadap penguasa sebenarnya tidaklah diridhoi Allah dan
tidak sama halnya dengan menjadikan dirinya sebagai pemburu dunia.
Setelah lama hijrah di negri orang
akhirnya Al-Ghazalikembali ketanah kelahirannya lalu seperti biasa beliau
beribadat dan melahirkan karya-karya mengenai ilmu pengetahuan dan
pendidikan,salah satu karyanya adalahkitab
ihya’ ulummuddin (menghidupkan ilmu-ilmu agama).
PEMBAHASAN
A. Pemikiran
pendidikan menurut Al Ghazali
Pembicaraan Al-Gghazali mengenai
pendidikan yang terdapat dalam kitab ikhya’ berkisar pada 3 hal pokok:
1. Penjelasan
tentang keutamaan ilmu pengetahuan atas kebodohan
2. Pengklasifikasian
berbagai ilmu yang termasuk kedalam program kurikuler
3. Kode
etik para pendidik (guru)dan peserta didik
Terkait
dengan hal pertama, Al-Ghazali memaparkan serangkaian argumen-argumen naqli dan
aqli. Argumen naqli bersumber dari Al
qur’an dan hadist. Adapuun argumen aqli yang dikemukakannya berorientasi pada
tujuan tunggal berupa penngarahan individu menuju kedekatan diri dengan Allah.
Dalam
hubungan dengan kurikulum Al ghazali membagi ragam ilmu( sebagai program
kurikuler) yaitu:
a. Ilmu
yang bersifat fardhu ‘ain ilmu yang setiap orang wajib mempelajari agar tahu,
yang dibagi menjadi 2 yaitu ilmu muamalah dan ilmu mukasafah; Ilmu muamalah
yaitu ilmu, Ilmu mukasyafah
yaitu ilmu
b. Ilmu
yang bersifat fardhu kifayah
B. Kewajiban peserta didik
Menurut Al-Ghazali ad 10 poin
kewajiban peserta didik yaitu:
1.
Memprioritaskan
penyucian diri dari akhlak tercela dan sifat buruk,sebab ilmu itu bentuk
peribadatan hati, solat rohani dan pendekatan batin kepada Allah
2.
Menjaga
diri dari kesibukan duniawi dan seyogyanya berkelana jauh dari tempat
tinggalnya
3.
Tidak
membusungkan dada kepada orang alim (guru ), melainkan bersedia patuh dalam
segala urusan dan bersedia mendengarkan nasehat-nasehatnya.
4.
Bagi
penuntut ilmu pemula hendaknya menghindarkan diri dari mengkaji fariasi
pemikiran dan tokoh.
5.
Penuntut
ilmu tidak mengabaikan suatu disiplin ilmu apapun yang terpuji melainkan
bersedia mempelajarinya hingga tau akan orientasi dari disiplin ilmu itu.
6.
Penuntut
ilmu dalam mendalami suatu ilmu tidak dilakukan sekaligus tetapi perlu beberapa
tahapan dan prioritas yang terpenting
7.
Penuntut
ilmu tidak melangkah mendalami tahap
ilmu berikutnya hingga ia benar-benar menguasai ilmu sebelumnya
8.
Penuntut
ilmu hendaknya mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan dapat memperoleh ilmu
yang paling mulia.kriterianya didasarkan pada dua hal keutamaan hasil dan
reabilitas landasan argumentasinya
9.
Tujuan
belajar menuntut ilmu adalah pembersihan batin dan menghiasinya dengan keutamaan
serta pendekatan diri kepada Allah bukan bertujuan mencari kedudukan. Hendaknya
memprioritaskan ilmu akhirat tetapi juga tidak meremehkan ilmu –ilmu yang lain.
10.
Penuntut
ilmu mengetahui relasi ilmu yang dikajinya dengan orientasi yang ditiuju sehingga
dapat memilih ilmu yang harus diprioritaskan
Beberapa
konklusi yang mendirikan pola umum pemikiran Al-Ghazali dalam pendidikannya
1.
Menuntut
ilmu tiada lain berorientasi pada pencarian ridho Allah karena ilmu berfungsi
membersihkan jiwa manusia dari ambisi dan tujuan yang rendah.
2.
Kode
etik tersebutme memperkuat teori ilmu ilhami yang oleh Al ghazali dijadikan
sebagai landasan teori pendidikannya ”bahwa ilmu adalah cahaya yang dilimpahkan
kedalam hati manusia”.
3.
Peneguhan
tujuan agamawi dalam kegiatan menuntut ilmu
4.
Al
-Ghazali menegaskan , bahwa ilmu merupakan keutamaan pada dirinya sendiri tanpa
syarat sebab ia adalah atribut kesempurnaan yang dimiliki Allah dan dengannya
pula para malaikat dan para nabi menjadi mulia.
C.
Kewajiban pendidik( guru)
Al-Ghazali berpandangan idealistik terhadap
profesi guru,guru menurutnya adalah
orang yang berilmu, beramal, dan mengajar. Dari sini Al ghazali menerangkan
perlunya keterpaduan ilmu dengan amal.
Adapun kode etik atau tugas profesi
yang harus dipatui oleh guru ( pendidik) yaitu:
1.
Menyayangi
peserta didik bahkan memperlakukan mereka seperti anaknya sendiri
2.
Guru
bersedia sungguh-sungguh untuk mengikuti tuntunan Rasulullah SAW , untuk
mengajare semata-mata hanya mencari
ridho dan mendekatkan diri kepada Allah.
3.
Guru
tidak boleh mengabaikan tugas memberi nasehat kepada peserta didik.
4.
Profesionalisme
guru adalah mencegah peserta didik jatuh kedalam akhlak tercela melalui cara
persuasif dan melalui cara yang penuh kasih sayang bukan dengan cara mencemooh
dan kasar.
5.
Kepekaan
guru dalam spesialisasi keilmuan tertentu tidak menyebabkannya memandang remeh
ilmu yang lainnya.
6.
Guru
menyampaikan materi pengajarannya sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik
7.
Terhadap
peserta didik yang berkemampuan rendah guru menyampaikan materi yang jelas
sesuai dengan kemampuan dalam mencernanya
8.
Guru
mau mengamalkan ilmunya sehingga yang ada adalah menyatunya ucapan dan tindakan
Demikianlah prinsip-prinsip umum
yang dikemukakan oleh Al-Ghazalib berkenaan dengan teori pendidikannya dalam
kitab ikhya’. Pemikirannya tersebut secara utuh merupakan suatu pandangan
konprehensif tentang praktek pendidikan. Namun demikian konsep filosofis
pendidikannya tampak lebih banyak tertuang dalam kitab ayyuh Al walad
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ridla,muhammad jawwad.2002.Tiga
Aliran Utama Teori Pendidikan Islam. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar