Senin, 11 Maret 2013

Psikologi Perkembangan


Penelitian Perkembangan Anak

Nama Anak Yang Dijadikan Penelitian
Nama                          : ......
Umur                           : 10 tahun
Jenjang pendidika         : SD kelas 5
Alamat                         : ......

Hari pertama:
Bangun pagi, shalat shubuh berjama’ah dan mengaji bersama pengasuh pondok pesantren As-Syujaiyyah sampai selesai. Setelah itu  persiapan berangkat ke sekolah.
Prilakunya:
Pada suatu pagi anak tersebut mendapat giliran piket membersihkan kamar dan lingkungan sekiatar pondok. Tapi anak tersebut sulit sekali disuruh untuk melaksanakan jadwal piket  yang telah ditetapkan, dengan alasan anak yang kebagian jadwal piket kemarin tidak melaksanakan piket. Baru setelah dikerasi dan anak yang kebagian piket kemarin disuruh untuk membantu, dia baru mau melaksanakan piket.
Dari kejadian diatas dapat disimpulkan rasa keegoisan, ketidakmaukalahan masih melekat pada diri sianak tersebut , dia juga tidak mau merasa dirugikan oleh orang lain walaupun teman sendiri. Sifat perhitungan masih melekat pada diri sianak terebut.
Setelah sianak tersebut melaksanakan jadwal piket kemudian dia mengerjakan tugas dari sekolah yang belum ia kerjakan Karena pada malam harunya dia tidak mau belajar dan mengerjakan tugas. karena kesulitan mengerjakan tugas tersebut lantas sianak minta bantuan pada temannya untuk mengerjakannya. Karena terlalu lama mengerjakan tugas anak tersebut datang terlambat ke sekolah.
Kesimpulan dari penelitian diatas adalah, dengan tanpa pengawasan dari orang tua langsung proses belajar anak kurang efektif. Pengaruh linkungan juga sangat mempengaruhi kepribadian sianak. Apa lagi anak masih dalam tahap menginjak usia pubertas, dimana anak suka meniru dari apa yang ia lihatnya, dan anak tersebut belum begitu paham mana yang baik dan mana yang buruk, atau dalam psikologi disebut dengan istilah imitasi (yaitu tahapan anak yang suka meniru).
Sepulang dari sekolah anak tersebut disuruh temannya untuk pergi ke warung, tapi anak tersebut tidak lantas mau pergi begitu saja, dengan berbagai macam alasan, ada capek baru pulang sekolah, ada mau mengerjakan tugas dan banyak lagi alasan yang dilontarkan oleh sianak
tapi setelah ditawari mau diberi imbalan sianak tersebut baru mau diperintah.
Kesimpulan dari kejadian diatas adalah sianak mempunyai sifat matrealisme yang tinggi.
Sehabis shalat maghrib ada jadwal belajar Al-Qur’an di masjid, tapi anak tersebut tidak mengikuti acara tersebut sehingga anak tersebut mendapatkan hukuman, setelah beberapa hari ada sedikit perubahan perilku dari dalalm diri anak tersebut. Ia mulai rajin mengaji dan berjama’ah di masjid.
Kesimpulan dari penelitian diatas adalah dengan melakukan tindakan yang tegas atau hukuman anak akan jera.
Hari kedua:
Bangun kesiangan, tidak ikut shalat berjama’ah dan mengikuti kegiatan mengaji, akhirnya mendapat takziran.
Kesimpulan , tidak semua anak jera dengan hukuman, cara lain adalah dengan melalui metode pendekatan.
Sepulang dari sekolah anak tersebut mengotak atik alat elektronik yang sudah rusak, dia mencoba untuk memperbaiki alat tersebut. Karena kurang begitu paham dengan alat itu dia bertanya pada temannya yang lebih tahu. Rasa keingin tahuan yang dimiliki anak tersebut sangat tinggi, dia selalu ingin tahu hal-hal yang baru yang belum ia ketahui.
Hari ketiga:
Bangun pagi ikut shalat berjama’ah dan mengikuti kegitan mengaji sehabis shalat berjama’ah. Berangkat sekolah lebih awal tidak seperti biasanya. Sepulang dari sekolah tidak seperti biasanya dia mau membantu temannya membelikan makanan.

 KESIMPULAN 
Pada anak usia sekitar 10 tahunan anak cenderung masih mengikuti pola gaya yang masih meniru dari tingkah laku orang lain, atau dalam istilah psikologi adalah tahap imitasi (tahap dimana anak mengikuti tingkah pola orang yang ia idolakan). Maka pada usia ini orang tua sangat berpengaruh dalam tahap perkembangan sianak, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Anak harus selalu dalam pengawasan orang tua. Pada fase ini anak juga memiliki rasa keingin tahuan yang sangat tinggi. Pada fase ini anak juga sering melakukan kesalahan-kesalahan, untuk membuat anak agar jera bisa dilakukan hukuman atau juga dengan model pendekatan. 

Tidak ada komentar: