Selasa, 21 Mei 2013

BALAGHOH dari Surat Al Maidah


AYAT KE TUJUH DALAM SURAT AL-MAIDAH DAN TERJEMAHNYA
Dalam Kitab Tafsir Al Kasyaf Karya Al Zamahsyari

(Wadzkuru ni’matallai ‘alaikum) yaitu nikmat Islam (wamiitsaaqohulladzi waatsaqokum bihi) artinya mengikat kalian dengan islam dengan ikatan dan kokoh, yaitu perjanjian yang diambil oleh orang-orang islam ketika Rasulullah SAW membai’at mereka atas dasar patuh/setia dan ta’at dalam keadaan mudah dan susah dan kegembiraan/kesenangan dan kebencian/tidak disenangi, kemudian mereka menerima, dan mereka berkata : (sami’na wa atho’na/ kami mendengar dan menta’ati) dan dikatakan : yaitu perjanjian pada malam ‘aqobah, dan perjanjian di bai’aturridwan. Lafadz yajrimannakum dijadikan muta’addi (membutuhkan maf’ul) dengan huruf isti’laa’ (ilat) dengan mengandung makna fi’il muta’addi seakan dikatakan walaa yahmilannakum, dan boleh jika pendapatnya : an ta’taddu dengan makna : ‘alaa. An ta’tadduu, kemudian dibuang bersama an, dan semisalnya sabda Nabi AS “(man atba’a ‘alaa mala’in fal yattabi’ )” karenanya bermakna uhiila / dipindah/di sempurnakan. Dan dibaca : syan’aan dibaca sukun, dan bandingangan/ persamaanya dalam mashdar layyaan. Dan makna : jangan sekali kali sebagian dari kalian menganjurkan terhadap orang-orang musyrik untuk meninggalkan keadilan kemudian meninggalkan mereka ; sebagai contoh menolong dari mereka, dan menambah sesuatu yang ada pada hati mereka yang berupa  dendam/dengki ; dengan melakukan sesuatu yang diperbolekan bagi kalian yaitu berupa balasan/ hukuman, atau tuduhan atau membunuh anak atau wanita, atau menepati janji atau semisalnya.
PEMBAHASAN
1.      Kalam ada 2              : Khabar dan Insya’
2.      Kalam Insya’            :
pengertian secara etimologi           : Mewujudkan
pengertian secara terminologi        : Kalimat yang mengandung kebenaran dan kedustaan bagi zatnya
3.      Insya’ ada 2               : Tholabi dan Ghoiru Tholabi
4.      Insya’ Tholabi          : Kalimat yang menghendaki makna yang diharapkan yang tidak tercapai menurut keyakinan mutakallim pada waktu adanya tuntutan itu.
5.      Kalam insya’ ada 5 : Amar (perintah), Nahi (larangan), Istifham (pertanyaan), Tamanni (angan-angan), Nida’ (panggilan).
6.      Amar (perintah)          : adalah mengaharapkan tercapainya perbuatan dari mukhothob (yang diajak bicara) yang datang dari pihak atasan.
7.      Bentuk Amar ada 4 macam Shighat : fi’il amar, fi’il mudhori’ yang dijazemkan dengan lam amar, isim fi’il aamar dan mashdar yang menggaantikan fi’il amar.

Tersebutkan pada ayat ke tujuh surat Al Maidah diatas : wa dzkuru (udzkur) dan wa ttaquu (ittaquu). Merupakan kalam insya’ dalam bentuk amar dan shighotnya berupa fi’il amar, kata udzkuruu adalah jama’ dan mufrodnya adalah udzkur berasal dari mashdar dzukron,
Jika di tashrif :
Dan sebagaimana udzkuruu, ittaquu adalah jama’ dan mufrodnya adalah ittaqi berasal dari mashdar ittaqoo,
Jika di tashrif :
Dalam kitab Nahwu Wadhih, fi’il amar adalah setiap pekerjaan yang diharapkan terjadinya sesuatu pada masa yang akan datang.
Dalam kitab Matan Jurumiyah, “Wal Amru Majzuumun Abadan” : dan fi’il amar selalu di i’robi dengan i’rob jazem.
Dan keadaan lafadz udzkuruu dan ittaquu adalah mabni ‘alaa hadzfinuun : mabni atas membuang nun ; yaitu kedua lafadz tersebut bertemu/nyambung dengan wawu jama’ maka dibuanglah nun, dan asal dari pada kedua lafadz tersebut adalah udzkuruuna dan ittaquuna.

Tidak ada komentar: