AKHLAQ YANG MULIA
(Al Ijaz)
PEMBAHASAN
A. Terjemah Tafsir Surat Al A’raf, Ayat 199
Dalam makalah mata kuliah Balaghah kami ini,
mengangkat pembahasan tentang ijaz dan menjadikan ayat ke 199 dari Surat Al
A’raf sebagai contoh yang terdapat penjelasan dari ijaz tersebut. Berikut
adalah ayat dan terjemahnya:
خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن الجاهلين. (الأعراف :
199)
Artinya
: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah
orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”
(QS Al-A’raf : 199)
·
خذ
العفو (Jadilah engkau pemaaf) Mudah memaafkan
di dalam menghadapi perlakuan orang-orang dan jangan membalas.
·
وأمر
بالعرف (dan suruhlah orang mengerjakan ma’ruf)
perkara kebajikan.
·
واعرض
عن الجاهلين (serta berpalinglah daripada orang-orang yang
bodoh) janganlah engkau meladeni kebodohan mereka.
( العفو / maaf /
ampun)
kebalikan dari kata al juhdu, artinya : ambilah sesuatu yang dapat memaafkanmu/mengampuni dari
perbuatan-perbuatan manusia dan akhlaq mereka, dan sesuatu yang datang dari mereka, dan
mudah mengatasi dari bencana/bahaya,
dan mengingkari, dan janganlah meminta
dari mereka bersungguh-sungguh dan sesuatu yang
menyusahkan pada mereka, sehingga mereka
tidak melaksanakannya
,sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW :
يسروا ولا تعسروا" ”
Artinya: “Permudahlah dan jangan mempersulit.”
Penya’ir
berkata :
"خذي العفو مني تستديمي # ولا
تنطقي في سورتي حين أغضب"
Artinya: “Ambillah
maaf dariku maka kau akan peroleh kecintaanku selalu, dan jangan kau ucapkan
dalam kehebatanku ketika aku marah”.
Dan
dikatakan : ambilah keutamaan dan sesuatu yang mudah dari sedekah-sedekah
mereka, dan itu sebelum turun ayat zakat, kemudian
turunlah ayat yang memerintah
untuk menjadikan mereka taat atau ingkar. Dan kebaikan yang baik dan bagus adalah termasuk dari beberapa
perbuatan.
(وأعرض عن الجاهلين / wa’aridh ‘anil jaahiliin
/ dan berpalinglah dari orang-orang bodoh)
dan dan janganlah menyamai orang-orang bodoh dengan semisal kebodohan mereka,
dan janganlah menjadi bagian dari mereka, dan berpalinglah dari mereka, dan
hindarilah sesuatu yang buruk dari mereka.
Dan dikatakan : ketika ayat
diturunkan Nabi bertanya pada Mailakat Jibril, beliau berkata : aku tidak tahu, sehingga aku bertanya, kemudian Jibril kembali,
dan berkata : wahai Muhammad sesungguhnya Tuhanmu memerintahkan padamu untuk
menyambung silaturrahmi pada orang yang memutus tali persaudaraan, dan memberi
orang yang mengharamkanmu, dan memaafkan orang yang berbuat dholim terhadapmu. Diceritakan
dari Ja’far Ashoodiq : Allah SWT memerintahkan pada Nabi-Nya - ‘alaihissholaatu wassalaamu – dengan
akhlaq-akhlaq yang mulia, dan didalam Al Qur’an tidak ada ayat yang lebih
global menjelaskan akhlaq-akhlaq yang mulia selain ayat tersebut (khudzil ‘afwa . . . . .)[1]
B.
Nahwu
خذ
Fi’il amar mabni sukun fa’ilnya anta (kamu;
Muhammad), artinya ambilah / jadilah
العفو
Maf’ul dari lafadz khudz, dibaca nashob, tandanya
fathah yang tampak diakhirnya dan merupakan isim mufrod, artinya maaf / pemaaf
وأمر
Wawu athof (penghubung) dengan khudz, fi’il amar
mabni sukun, fa’ilnya anta, artinya perintahlah
بالعرف
Jar majrur, ba’ huruf jar, lafadz ma’ruf dijarkan
oleh ba’, alamatnya kasroh diakhir kalimat dan merupakan isim mufrod
وأعرض
Wawu athof (penghubung) dengan khudz, fi’il amar
mabni sukun, fa’ilnya anta, artinya berpalinglah
عن الجاهلين
Jar majrur, ‘an huruf jar, lafadz al jaahiliina dijarkan oleh ‘an,
alamatnya ya’ dan merupakan jama’ mudzakar salim, artinya dari orang-orang yang
bodoh
C.
Balaghoh
Sebagaimana yang telah dijelaskan diawal
pembahasan bahwa dalam ayat 199 surat al a’raf ini adalah termasuk ayat yang
menjadi contoh dari pembahasan balaghah dalam bab Ijaz yang dalam arti lain ekonomis
kata.
Dalam terjemah kitab Al Balaghatul
wadhihah pengertian Ijaz adalah : mengumpulkan makna yang banyak dalam
kata-kata yang sedikit dengan jelas dan fasih.
Dan
Ijaz dibagi menjadi dua :
a) Ijaz
qishar, yaitu ijaz dengan cara menggunakan
ungkapan yang pendek, namun mengandung banyak makna, tanpa disertai pembuangan
beberapa kata/kalimat.
b) Ijaz
hadzf, yaitu ijaz dengan cara membuang
sebagian kata atau kalimat dengan syarat ada qoriinah yang menunjukan adanya
lafadz yang dibuang tersebut.[2]
Dan dalam terjemah Mutiara Ilmu Balaghah dalam ilmu ma’ani disebutkan pengertian Ijaz:
“Ijaz adalah
mengumpulkan makna yang cukup banyak dibawah lafadz yang sedikit yang memenuhi
kejelasan tujuan.”
Maksudnya, ijaz ialah:
“Menghadirkan makna dengan lafadz yang lebih sedikit
dari pada yang dikenal oleh orang-orang yang sedang tingkatannya dalam pada itu
telah menyempurnakan tujuan.”
Misalkan dalam QS Al-A’raf : 199
diatas, yang artinya “Jadilah engkau
pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari
orang-orang yang bodoh.” Ayat yang cukup pendek di atas telah menghimpun
akhlaq-akhlaq mulia secara keseluruhan.
Dalam ayat diatas termasuk ijaz qishar (bentuk susunan kalimat yang
makna-maknanya melebihi lafadznya[3]) telah
menghimpun akhlaq-akhlaq yang mulia dan di bawah akhlaq-akhlaq itu tersimpan
budi pekerti yang halus dan agung. Sebab di dalam pemaaf, juga memasukkan budi
memberikan maaf kepada orang yang berbuat jahat. Dalam menyuruh berbuat yang
ma’ruf terdapat silaturrahmi, mencegah lisan dari dusta, memejamkan mata dari
segala yang diharamkan, dan sebagainya.
D.
Akhlaq Mulia
Kandungan ayat 199 surat al a’raf adalah himpunan
dari Makaarimul Akhlaq (beberapa akhlaq yang mulia), akhlaq yang
termasuk daripada tujuan diutusnya beliau baginda agung Muhammad merupakan hal
yang paling berperan penting dalam kehidupan muslimin-muslimat, ini diperkuat
dengan sabda beliau:
إنما بعثت لأتمم مكارم
الأخلاق" ”
Artinya:
“Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq.”
Akhlaq memiliki dua pengertian, secara etimologis
kata akhlak berasal dari bahasa arab al-akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari
kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat (Hamzah
Ya’qub, 1988:11). Sinonim dari kata akhlaq ini adalah etika dan moral.
Sedangkan secara terminologis, akhlaq berarti keadaan gerak jiwa yang mendorong
ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran. Inilah pendapat
yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawaih.
َوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
وَمَا زَادَ اَللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ
لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ ) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ
Artinya:
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Suatu sedekah tidak akan mengurangi harta Allah tidak
akan menambah kepada seorang hamba yang suka memberi maaf kecuali kemuliaan dan
seseorang tidak merendahkan diri karena Allah kecuali Allah mengangkat orang
tersebut." Riwayat Muslim.
a)
“Jadilah engkau
pema'af… .”
Dalam
pembahasan ini yang dimaksud dengan memaafkan adalah memaafkan
kekurangan-kekurangan kecil manusia dalam pergaulan dan persahabatan. Yaitu
dengan tidak menunggu kesempurnaan kepada mereka dan tidak membebani mereka
dengan akhlaq yang sulit. Memaafkan kesalahan dan kelemahan, dan kekurangan
mereka. Semua ini adalah pergaulan pribadi, bukan dalam urusan aqidah agama dan
bukan dalam urusan kewajiban syar’iyah.
Islam
memerintahkan kita untuk lebih banyak menahan amarah. Islam menganjurkan kita
untuk saling memaafkan. Islam mengajak kita untuk menjauhi segala macam dendam
dan kebencian. Bahkan lebih dari itu, Islam mengajarkan kita untuk membalas
kejahatan dengan kebaikan. Ini adalah bukti bahwa islam adalah agama kasih
sayang. Islam mengajarkan keadilan tanpa memanipulasi kebenaran dalam bentuk
apa pun dan kepada siapa pun.
b) “…
.Suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf… .”
Yaitu
kebaikan yang sudah dikenal dan sangat jelas,yang tidak perlu di diskusikan dan
di bantah lagi, yang diterima oleh fitrah yang sehat dan lurus.
Al-Ma’ruf merupakan ismun jami’ (kata benda yang mencakup) tentang
segala sesuatu yang dicintai ALLAH SWT baik perkataan, perbuatan yang lahir
maupun batin yang mencakup niat, ibadah, struktur, hukum dan akhlaq. Dan
disebut ma’ruf karena fitrah yang masih lurus dan akal yang sehat mengenalnya
dan menjadi saksi kebaikannya. Dan makna amar ma’ruf adalah berdakwah untuk
melaksanakannya dan mendatanginya dengan disemangati.
Sabda Rasulullah SAW:
يسروا ولا تعسروا" ”
Artinya: “Permudahlah (segala
urusan), jangan dipersulit.” (HR. Bukhari)
Buah Dari Amar Ma’ruf
1. Keselamatan dari siksa Ilahi serta mendapatkan
ridha serta jannah-NYA.
2. Terpeliharanya dunia ini dari menjadi sarang
keburukan dan kejahatan yang menyulitkan untuk terlaksananya penghambaan kepada
ALLAH SWT.
3. Ditegakkannya argumentasi bagi para pelaku
kejahatan dan keburukan.
4. Mengingatkan yang lalai dan mengangkat yang
tenggelam dalam noda apalagi bagi kaum muslimin.
5. Membentuk opini umum bahwa muslim yang merdeka
adalah sangat menjaga etika ummat, keutamaan, akhlaq serta hak-haknya dan
menjadikan mereka pribadi dan penguasa yang paling kuat fisiknya serta paling
patuh pada hukum.
6. Memunculkan sensitifitas tentang makna ukhuwwah
dan saling tolong-menolong dalam dalam kebaikan dan taqwa dan saling
memperhatikan antara kaum muslimin dengan yang lainnya.
7. Penjagaan seluruh lapisan masyarakat secara
umum maupun khusus.
c)
“.…berpalinglah dari
pada orang-orang yang bodoh”.
Berpaling
dari kejahilan yang merupakan kebalikan dari sikap yang lurus, dan kejahilan
yang merupakan kebalikan dari kepandaian. Keduanya adalah mirip. Berpaling itu
ada kalanya dengan meninggalkannya dan ada kalanya mengabaikannya. Tidak
menghiraukan perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan yang mereka lakukan karena
kebodohan mereka, serta melewati mereka dengan sikap sebagai orang yang mulia.
Juga tidak melayani mereka dengan perdebatan yang hanya membawa pada ketegangan
dan membuang-buang waktu dan tenaga.
DAFTAR PUSTAKA
·
Imam
Jalaluddin Al Mahali, Imam Jalaluddin As Suyuthi. 2006. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbaabun Nuzuul jilid 2. Sinar
Baru Algesindo. Bandung.
·
Mutiara ilmu balaaghoh dalam ilmu ma’ani.
·
Sayyid
Quthb. 2003. Tafsir fi Zhilalil Qur’an
jilid 5. Gema Insani. Jakarta.
·
Mahmud bin Umar Al-Zamaksyari, Tafsir Al-Kasyaf,
Maktabah Mesir. Jilid 2, Mesir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar