Selasa, 21 Mei 2013

BALAGHOH dari Surat Al A'raf


AKHLAQ YANG MULIA
(Al Ijaz)

PEMBAHASAN
A. Terjemah Tafsir Surat Al A’raf, Ayat 199
Dalam makalah mata kuliah Balaghah kami ini, mengangkat pembahasan tentang ijaz dan menjadikan ayat ke 199 dari Surat Al A’raf sebagai contoh yang terdapat penjelasan dari ijaz tersebut. Berikut adalah ayat dan terjemahnya:
خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن الجاهلين. (الأعراف : 199)
Artinya : “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS Al-A’raf : 199)
·         خذ العفو (Jadilah engkau pemaaf) Mudah memaafkan di dalam menghadapi perlakuan orang-orang dan jangan membalas.
·         وأمر بالعرف (dan suruhlah orang mengerjakan ma’ruf) perkara kebajikan.
·         واعرض عن الجاهلين (serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh) janganlah engkau meladeni kebodohan mereka.
(  العفو / maaf / ampun) kebalikan dari kata al juhdu, artinya : ambilah sesuatu yang dapat memaafkanmu/mengampuni dari perbuatan-perbuatan manusia dan akhlaq mereka, dan sesuatu yang datang dari mereka, dan mudah mengatasi dari bencana/bahaya, dan mengingkari, dan janganlah meminta dari mereka bersungguh-sungguh dan sesuatu yang menyusahkan pada mereka, sehingga mereka tidak melaksanakannya ,sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW :
يسروا ولا تعسروا"
Artinya: “Permudahlah dan jangan mempersulit.”
Penya’ir berkata :
"خذي العفو مني تستديمي # ولا تنطقي في سورتي حين أغضب"
Artinya: Ambillah maaf dariku maka kau akan peroleh kecintaanku selalu, dan jangan kau ucapkan dalam kehebatanku ketika aku marah.
Dan dikatakan : ambilah keutamaan dan sesuatu yang mudah dari sedekah-sedekah mereka, dan itu sebelum turun ayat zakat, kemudian  turunlah ayat yang  memerintah untuk menjadikan mereka taat atau ingkar. Dan kebaikan yang baik dan bagus adalah termasuk dari beberapa perbuatan.
(وأعرض عن الجاهلين / wa’aridh ‘anil jaahiliin / dan berpalinglah dari orang-orang bodoh) dan dan janganlah menyamai orang-orang bodoh dengan semisal kebodohan mereka, dan janganlah menjadi bagian dari mereka, dan berpalinglah dari mereka, dan hindarilah sesuatu yang buruk dari mereka.
Dan dikatakan : ketika ayat diturunkan Nabi bertanya pada Mailakat Jibril, beliau berkata : aku tidak tahu,  sehingga aku bertanya, kemudian Jibril kembali, dan berkata : wahai Muhammad sesungguhnya Tuhanmu memerintahkan padamu untuk menyambung silaturrahmi pada orang yang memutus tali persaudaraan, dan memberi orang yang mengharamkanmu, dan memaafkan orang yang berbuat dholim terhadapmu. Diceritakan dari Ja’far Ashoodiq : Allah SWT memerintahkan pada Nabi-Nya - ‘alaihissholaatu wassalaamu – dengan akhlaq-akhlaq yang mulia, dan didalam Al Qur’an tidak ada ayat yang lebih global menjelaskan akhlaq-akhlaq yang mulia selain ayat tersebut (khudzil ‘afwa . . . . .)[1]
B.     Nahwu
خذ
Fi’il amar mabni sukun fa’ilnya anta (kamu; Muhammad), artinya ambilah / jadilah
 العفو
Maf’ul dari lafadz khudz, dibaca nashob, tandanya fathah yang tampak diakhirnya dan merupakan isim mufrod, artinya maaf / pemaaf
وأمر
Wawu athof (penghubung) dengan khudz, fi’il amar mabni sukun, fa’ilnya anta, artinya perintahlah
بالعرف
Jar majrur, ba’ huruf jar, lafadz ma’ruf dijarkan oleh ba’, alamatnya kasroh diakhir kalimat dan merupakan isim mufrod
 وأعرض
Wawu athof (penghubung) dengan khudz, fi’il amar mabni sukun, fa’ilnya anta, artinya berpalinglah
 عن الجاهلين
Jar majrur, ‘an huruf  jar, lafadz al jaahiliina dijarkan oleh ‘an, alamatnya ya’ dan merupakan jama’ mudzakar salim, artinya dari orang-orang yang bodoh



C.    Balaghoh
Sebagaimana yang telah dijelaskan diawal pembahasan bahwa dalam ayat 199 surat al a’raf ini adalah termasuk ayat yang menjadi contoh dari pembahasan balaghah dalam bab Ijaz yang dalam arti lain ekonomis kata.
Dalam terjemah kitab Al Balaghatul wadhihah pengertian Ijaz adalah : mengumpulkan makna yang banyak dalam kata-kata yang sedikit dengan jelas dan fasih.
Dan Ijaz dibagi menjadi dua :
a)      Ijaz qishar, yaitu ijaz dengan cara menggunakan ungkapan yang pendek, namun mengandung banyak makna, tanpa disertai pembuangan beberapa kata/kalimat.
b)      Ijaz hadzf, yaitu ijaz dengan cara membuang sebagian kata atau kalimat dengan syarat ada qoriinah yang menunjukan adanya lafadz yang dibuang tersebut.[2]
Dan dalam terjemah Mutiara Ilmu Balaghah dalam ilmu ma’ani disebutkan pengertian Ijaz:
 Ijaz adalah mengumpulkan makna yang cukup banyak dibawah lafadz yang sedikit yang memenuhi kejelasan tujuan.”
Maksudnya, ijaz ialah:
“Menghadirkan makna dengan lafadz yang lebih sedikit dari pada yang dikenal oleh orang-orang yang sedang tingkatannya dalam pada itu telah menyempurnakan tujuan.”
Misalkan dalam QS Al-A’raf : 199 diatas, yang artinya “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” Ayat yang cukup pendek di atas telah menghimpun akhlaq-akhlaq mulia secara keseluruhan.
Dalam ayat diatas termasuk ijaz qishar (bentuk susunan kalimat yang makna-maknanya melebihi lafadznya[3]) telah menghimpun akhlaq-akhlaq yang mulia dan di bawah akhlaq-akhlaq itu tersimpan budi pekerti yang halus dan agung. Sebab di dalam pemaaf, juga memasukkan budi memberikan maaf kepada orang yang berbuat jahat. Dalam menyuruh berbuat yang ma’ruf terdapat silaturrahmi, mencegah lisan dari dusta, memejamkan mata dari segala yang diharamkan, dan sebagainya.
D.    Akhlaq Mulia
Kandungan ayat 199 surat al a’raf adalah himpunan dari Makaarimul Akhlaq (beberapa akhlaq yang mulia), akhlaq yang termasuk daripada tujuan diutusnya beliau baginda agung Muhammad merupakan hal yang paling berperan penting dalam kehidupan muslimin-muslimat, ini diperkuat dengan sabda beliau:
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق"
Artinya: “Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq.”
Akhlaq memiliki dua pengertian, secara etimologis kata akhlak berasal dari bahasa arab al-akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat (Hamzah Ya’qub, 1988:11). Sinonim dari kata akhlaq ini adalah etika dan moral. Sedangkan secara terminologis, akhlaq berarti keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran. Inilah pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawaih.

َوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اَللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ )  أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ

Artinya: Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Suatu sedekah tidak akan mengurangi harta Allah tidak akan menambah kepada seorang hamba yang suka memberi maaf kecuali kemuliaan dan seseorang tidak merendahkan diri karena Allah kecuali Allah mengangkat orang tersebut." Riwayat Muslim.

a)      “Jadilah engkau pema'af… .”
Dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan memaafkan adalah memaafkan kekurangan-kekurangan kecil manusia dalam pergaulan dan persahabatan. Yaitu dengan tidak menunggu kesempurnaan kepada mereka dan tidak membebani mereka dengan akhlaq yang sulit. Memaafkan kesalahan dan kelemahan, dan kekurangan mereka. Semua ini adalah pergaulan pribadi, bukan dalam urusan aqidah agama dan bukan dalam urusan kewajiban syar’iyah.
Islam memerintahkan kita untuk lebih banyak menahan amarah. Islam menganjurkan kita untuk saling memaafkan. Islam mengajak kita untuk menjauhi segala macam dendam dan kebencian. Bahkan lebih dari itu, Islam mengajarkan kita untuk membalas kejahatan dengan kebaikan. Ini adalah bukti bahwa islam adalah agama kasih sayang. Islam mengajarkan keadilan tanpa memanipulasi kebenaran dalam bentuk apa pun dan kepada siapa pun.

b)      “… .Suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf… .”
Yaitu kebaikan yang sudah dikenal dan sangat jelas,yang tidak perlu di diskusikan dan di bantah lagi, yang diterima oleh fitrah yang sehat dan lurus.
Al-Ma’ruf merupakan ismun jami’ (kata benda yang mencakup) tentang segala sesuatu yang dicintai ALLAH SWT baik perkataan, perbuatan yang lahir maupun batin yang mencakup niat, ibadah, struktur, hukum dan akhlaq. Dan disebut ma’ruf karena fitrah yang masih lurus dan akal yang sehat mengenalnya dan menjadi saksi kebaikannya. Dan makna amar ma’ruf adalah berdakwah untuk melaksanakannya dan mendatanginya dengan disemangati.
Sabda Rasulullah SAW:
يسروا ولا تعسروا"
Artinya: “Permudahlah (segala urusan), jangan dipersulit.” (HR. Bukhari)
Buah Dari Amar Ma’ruf
1.      Keselamatan dari siksa Ilahi serta mendapatkan ridha serta jannah-NYA.
2.      Terpeliharanya dunia ini dari menjadi sarang keburukan dan kejahatan yang menyulitkan untuk terlaksananya penghambaan kepada ALLAH SWT.
3.      Ditegakkannya argumentasi bagi para pelaku kejahatan dan keburukan.
4.      Mengingatkan yang lalai dan mengangkat yang tenggelam dalam noda apalagi bagi kaum muslimin.
5.      Membentuk opini umum bahwa muslim yang merdeka adalah sangat menjaga etika ummat, keutamaan, akhlaq serta hak-haknya dan menjadikan mereka pribadi dan penguasa yang paling kuat fisiknya serta paling patuh pada hukum.
6.      Memunculkan sensitifitas tentang makna ukhuwwah dan saling tolong-menolong dalam dalam kebaikan dan taqwa dan saling memperhatikan antara kaum muslimin dengan yang lainnya.
7.      Penjagaan seluruh lapisan masyarakat secara umum maupun khusus.
c)      “.…berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.
Berpaling dari kejahilan yang merupakan kebalikan dari sikap yang lurus, dan kejahilan yang merupakan kebalikan dari kepandaian. Keduanya adalah mirip. Berpaling itu ada kalanya dengan meninggalkannya dan ada kalanya mengabaikannya. Tidak menghiraukan perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan yang mereka lakukan karena kebodohan mereka, serta melewati mereka dengan sikap sebagai orang yang mulia. Juga tidak melayani mereka dengan perdebatan yang hanya membawa pada ketegangan dan membuang-buang waktu dan tenaga.


















DAFTAR PUSTAKA
·         Imam Jalaluddin Al Mahali, Imam Jalaluddin As Suyuthi. 2006. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbaabun Nuzuul jilid 2. Sinar Baru Algesindo. Bandung.
·         Mutiara ilmu balaaghoh dalam ilmu ma’ani.
·         Sayyid Quthb. 2003. Tafsir fi Zhilalil Qur’an jilid 5. Gema Insani.  Jakarta.
·         Mahmud bin Umar Al-Zamaksyari, Tafsir Al-Kasyaf, Maktabah Mesir. Jilid 2, Mesir.


[1] Al Kasyaaf
[2] Al Balaaghotul Waadhihah
[3] Mutiara ilmu balaaghoh dalam ilmu ma’ani.

Tidak ada komentar: