Senin, 22 Februari 2016

PEMBANGUNAN KARAKTER PADA MAHASISWA

A. Latar Belakang Masalah
     Pada saat sekarang ini sedang gencar-gencarnya pembangunan karakter diri mahasiswa di perbincangkan. Apalagi ini menyangkut kepribadian sehari-hari mahasiswa dengan lingkungan hidupnya baik ditempat pendidikan maupun dilingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Sekarang ini banyak mahasiswa yang mempunyai nilai ujian atau sering kita sebut juga dengan IPK tinggi. Namun menurut saya IPK tinggi belum menjadi jaminan bahwa mahasiswa sudah bisa membangun karakter kepribadian dalam diri masing-masing. Kita sebagai mahasiswa sering mendapatkan teori pengajaran dari para dosen kemudian kita juga diwajibkan aktif dalam mencari referensi yang telah diajarkan para pengampu. Bukan hanya itu saja, dalam kehidupan sehari-hari, kita dianjurkan pula untuk mempraktekkan norma-norma positif dari teori-teori yang telah kita terima dalam dunia pembelajaran.
     Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka pendidikan karakter harus dilakukan dengan tepat. Dukungan dari berbagai pihak sangatlah diperlukan, baik oleh pemerintah, masyarakat, keluarga maupun sekolah. Kondisi ini akan terbangun jika semua pihak memiliki kesadaran bersama dalam membangun pendidikan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan terutama sekolah atau universitas. 
     Lembaga pendidikan, khususnya sekolah atau universitas dipandang sebagai tempat yang paling strategis untuk membangun karakter seseorang. Karena peserta didik lebih banyak menghabiskan waktu kesehariaanya di sekolah atau universitas. Pendidikan karakter lebih diprioritaskan di sekolah atau universitas dengan tujuan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat.
Dengan diterapkannya pendidikan karakter di sekolah atau universitas diharapkan peserta didik dapat memiliki karakter sesuai yang diharapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut butuh dukungan semua unsur yang ada di sekolah untuk dapat berpartisipasi secara aktif sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing.

B. Permasalahan
• Permasalah yang akan dibahas di makalah ini adalah :
• Bagaimanakah cara atau upaya untuk membangun karakter mahasiswa?
• Apakah sebenarnya yang dimaksud mahasiswa yang berkarakter tersebut?
• Kendala apa yang dihadapi dalam upaya mewujudkan menjadi mahasiswa yang berkarakter kuat dan cerdas?
            
C. Tujuan
    Membentuk mahasiswa yang tidak hanya cerdas, namun bermoral dan berkarakter kuat. Membentuk kepribadian mahasiswa calon guru yang berkualitas. Dengan kepribadian guru yang bermoral dan berkualitas, diharapkan mampu menjadikan Indonesia menjadi negara yang maju.
            
PEMBAHASAN

I.1 Upaya Membangun Karakter Mahasiswa
     Pada saat sekarang ini banyak mahasiswa yang mendapat nilai hasil ujian yang tinggi namun tetap pasif dalam menjalankannya didunia yang nyata atau dalam prakteknya. 
     Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum yang terdidik. Dengan ke”Maha”an yang melekat pada kata Mahasiswa, artinya dari suatu hal yang besar dalam diri siswa. Bukan sekedar siswa saja yang berperilaku sangat emosional, berpikir praktis, dan belum tereksplornya potensi, maka ketika mahasiswa sifat tersebut berubah menjadi santun, cerdas, kritis, kreatif, inovatif, menerika kritikan, terbuka, dan tanggap terhadap permasalahan di lingkungan.
     Melihat pemberitaan di media yang kurang santunnya perilaku mahasiswa ketika berdemonstrasi yang berakhir ricuh, adanya perkelahian antar mahasiswa dalam satu Universitas, mahasiswa tidak sepakat dengan kebijakan lembaga yang berujung pada perusakan fasilitas belajar, tingginya jumlah pengangguran yang berasal dari kalangan mahasiswa, tidak kreatifnya mahasiswa dalam mencari kerja, minimnya mahasiswa dalam menciptkan lapangan kerja sendiri setelah lulus dan lainnya menjadikan nilai-nilai dalam diri mahasiswa menjadi luntur. Sehingga dibutuhkan suatu character building dalam mahasiswa. Selanjutnya pada tahap akhir perkuliahan, dimana pada masa ini mahasiswa memperoleh gelar kesarjanaan sebagai tanda akhir proses belajar secara formal.
     Mahasiswa harus memahami bahwa gelar kesarjanaan yang diemban memiliki konsekuensi berupa tanggung jawab moral sehingga perlu dihindari upaya-upaya melalui jalan pintas. Pengenalan diri diperlukan untuk menentukan strategi yang efektif yang akan digunakan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, mahasiswa harus menyadari siapa dirinya, dan kekuatan serta kemampuan apa yang dimilikinya yang dapat digunakan untuk menghadapi

a. Menentukan tujuan dan target yang jelas
    Bagi mahasiswa, kampus merupakan dunia kedua untuk mereka setelah keluarga. Oleh karena itu, mahasiswa perlu beradaptasi pada dunia kampus tempat dimana dia belajar. Disamping mahasiswa dihadapkan pada bidang studi tertentu yang menjadi pilihannya yang relatif lebih khusus dari mata pelajaran terentu, mahasiswa juga dihadapkan pada teknik dan pola pembelajaran yang berbeda. Mahasiswa dianggap telah dewasa, jika telah mampu untuk mengelola dirinya dalam menghadapi berbagai macam aktivitas kehidupan kampus. Dengan demikian, kesiapan mahasiswa untuk memasuki lingkungan kampus sangat diperlukan.
    Salah satu kelemahan atau kegagalan yang dialami oleh mahasiswa dikarenakan kurang optimalnya pengembangan potensi mahasiswa terletak pada ketidakjelasan atau ketidaktahuan mahasiswa terhadap apa yang dilakukan dan yang dipersiapkan. Oleh karena itu, mahasiswa harus mengetahui dan sekaligus menentukan tujuan yang jelas.
b. Studi sebagai alat bukan tujuan
    Pada dasarnya studi atau belajar hanya merupakan alat untuk mencapai sesuatu, bukan sebagai tujuan. Karena studi dipandang sebagai alat maka harus dipersiapkan dengan matang, agar alat tersebut kelak dapat digunakan dengan baik. Jika demikian, dalam melakukan segala aktivitasnya, mahasiswa akan selalu berorientasi pada kualitas dan pengembangan yang lebih lanjut.
c. Lebih berorientasi pada “performance” daripada “status”
    Aktivitas yang dilakukan mahasiswa hendaknya lebih menekankan pada aspek “performance” daripada aspek “status”, atau lebih menekankan pada kinerja daripada status, lebih menekankan kualitas daripada kuantitas,lebih menekankan proses daripada produk. Hal tersebut bukan berarti status atau hasil itu tidak penting, tetapi lebih menekankan pada usaha dan proses, karena selain menghasilkan keterampilan atau keahlian seorang peserta didik akan mendapatkan pola atau teknik pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai landasan pengalaman untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. 
d. Mengembangkan alat-alat masa depan
    Terdapat beberapa materi tertentu yang tidak didapat diperkuliahan atau diperoleh tetapi perlu pendalaman dan pengembangan yang lebih lanjut. Materi tersebut selalu menyertai dan menjadi alat masa depan mahasiswa, contohnya kepemimpinan; komunikasi dengan bahasa asing; teknologi informasi.
e. Tidak hanya berorientasi pada aktivitas akademik (kuliah)
    Mahasiswa, memiliki keleluasaan dalam menempa dirinya di kampus sehingga perlu memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya. Sebenarnya mahasiswa dihadapkan pada bebrbagai macam aktivitas selain kegiatan belajar formal. Oleh karena itu, mahasiswa hendaknya juga memiliki kegiatan lain selain kegiatan akademik, seperti aktivitas kemahasiswaan atau yang lain.
    Berbagai kegiatan mahasiswa yang dapat dilakukan, seperti: kegiatan ilmiah(diskusi, seminar, dan kajian-kajian lain); kegiatan dalam organisasi kemahasiswaan, kegiatan keagamaan, kegiatan keolahragaan, dan lain-lain. 
f. Mau mengembangkan diri
    Mahasiswa harus senantiasa mengembangkan diri agar memiliki bekal yang memadai. Upaya yang dilakukan dapat diarahkan dan ditekankan pada pengembangan karakter, seperti; berprinsip, progresif, sederhana dalam hidup, cerdas, kompeten, memiliki rencana hidup, bekerja dengan tepat dan cermat.
g. Mahasiswa yang berkarakter
    Mahasiswa bukanlah makhluk yang sempurna, mahasiswa hanyalah sesosok pelajar yang berusaha memahami dan berusaha menguasai lingkungan baru untuk mendapatkan pendidikan dan pengalaman sebagai landasan untuk menghadapi hidup dimasa yang akan datang.
    Mahasiswa tidak selalu benar dalam segala tindakan yang dilakukan baik dirumah atau disekolah. Oleh karena itu mahasiswa membutuhkan suatu sosok yang dapat dijadikan sebagai contoh atau teladan dalam hidupnya. Jika seorang mahasiswa diberi peringatan atau diberi anjuran oleh seseorang yang lebih paham, mahasiswa tersebut harus menerima dan berusaha mencari kebenaran. Mahasiswa tidak bersifat sombong atau menganggap dirinya yang paling benar.

I.2. Kendala yang dihadapi dalam upaya membangun karakter mahasiswa
    Orientasi mahasiswa saat ini lebih pragmatis ketimbang idealis ditambah lagi budaya individualis yang terus mengakar dan merasuk dalam kepribadiannya. Konsekuensi logis dari kentalnya orientasi ini adalah terpolanya perilaku-perilaku oportunistis yang negatif. Mahasiswa saat ini masih berpikir, “Bagaimana cara yang instan untuk mendapatkan nilai yang baik?” Pemikiran seperti demikian telak sekali adaptasi dari hukum ekonomi klasik, “Dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.” Akhirnya jalan-jalan culas pun dihalalkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi kepentingan pribadi. Ironinya ketika kita melihat seorang aktivis pembela mahasiswa dan rakyat kecil dari jeratan koruptor yang setelah melakukan aksi, mereka mencontek saat ujian. Inilah sebuah fenomena yang disebut-sebut sebagai bibit-bibit koruptor. Menurut analisa saya kendala upaya mengembangkan karakter mahasiswa adalah:
• Hilangnya kejujuran, masih sangat banyak mahasiswa yang tidak jujur, contoh kecilnya adalah ketika ada pemimpin kelas yang menyampaikan biaya pembayaran fotocopy tugas dengan kisaran harga yang tidak sesuai, dan pada akhirnya ia memasukkan sisa uang kelebihannya untuk kepentingan pribadi. Dan disinilah bibit korupsi akan berkembang.
• Orientasi mahasiswa saat ini lebih pragmatis ketimbang idealis ditambah lagi budaya individualis yang terus mengakar dan merasuk dalam kepribadiannya
• Hilangnya rasa tanggung jawab,
• Tidak berpikir jauh kedepan (Visioner),
• Rendahnya disiplin,
• Krisis kerjasama,
• Krisis keadilan, 
• Krisis kepedulian.
• Terkadang masih memiliki sifat gengsi
• Merasa hebat dari yang lain 
• Merasa sombong karena menganggap dirinya mahasiswa
• Masih ada yang belum bisa membedakan cara bicara dengan kalangan manakah ia berbicara. Contoh kecil misalnya ada seorang mahasiswa berbicara menggunakan bahasa ilmiah dengan seorang petani. Menurut saya ini sangat tidak relevan.

I.3. Solusi Dalam Upaya Membangun Karakter Mahasiswa
    Untuk menghadapi masalah tersebut diharapkan mahasiswa mempunyai solusi yang tepat dalam upaya membangun karakter mahasiswa. 
•Membudayakan Jujur, berbicaralah apa adanya tidak mengurangi atau melebihi kata-kata, baik kepada teman, dosen, orang tua dan orang lain. Karena sekali lagi jujur adalah mata uang yang berlaku dimana-mana.
• Bertanggung jawab atas gelar sarjana yang dimilikinya nanti, bertanggung jawab atas tugas-tugasnya sebagai mahasiswa,
• Visioner,
• Disiplin dalam berorganisasi, kampus, kelas, dan dengan semua tugas yang telah diberikan. Serta menanamkannya dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
• Kerjasama tim dalam berorganisasi, tidak egois, berani berpendapat, berani menolak pendapat orang lainn dengan bijaksana bukan bijaksini.
• Adil ketika dalam berorganisasi,didalam kelas, dalam bersosialisasi, dalam keluarga dan masyarakat. Maka jika kita adil maka mencerminkan sikap pemimpin yang baik nantinya. Bisa jadi mahasiswa yang adil sudah mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin yang adil pula. Dan,
• Peduli terhadap sesama, bahkan akan lebih baik jika mahasiswa memliki upaya untuk mendirikan sekolah-sekolah singgah bagi anak jalanan yang tidak pernah samasekali mengenyam pendidikan.
• Masih ada mahasiswa yang kurang bisa mempraktekkan semua teori yang  di dapat ketika ujian akhir semester. Contoh kecilnya adalah ketika kita dalam mengisi soal misalnya “apa yang akan kamu lakukan ketika melihat nenek renta yang akan menyebrang jalan?”, dalam jawaban kita pasti akan menulis bahwa kita akan “membantunya”,namun dalam dunia yang nyata masih banyak pula mahasiswa yang belum mempraktekkan apa yang telah ia tulis dalam teori bangku kuliah. Jadi disinilah sangat penting pengaruh pembangunan karakter pada jiwa mahasiswa, karena mahasiswa adalah bibit pembela bangsa yang akan langsung terjun dalam bidangnya.

KESIMPULAN

    Berdasarkan makalah ini dapat disimpulakan tentang bagaimana pentingnya mahasiswa memiliki karakter yang kuat dan cerdas dalam hidupnya. Menjadi mahasiswa yang berkarakter tidaklah semudah yang dibayangkan, mahasiswa harus memiliki kemauan dan niatan yang kuat untuk menjadikan dirinya berkarakter. Faktor terberat yang dihadapi mahasiswa adalah dirinya sendiri, apakah ia mampu mengatasi kendala-kendala yang menjadi hambatan untuk menjadi mahasiswa yang berkarakter atau malah sebaliknya.
    Dukungan dari luar tentu sangat berperan dalam upaya membangun karakter mahasiswa. Lingkungan yang kondusif tentu sangat membantu untuk mewujudkan upaya membangun karakter mahasiswa tersebut.

REKOMENDASI

    Saya merekomendasikan bahwa mahasiswa memposisikan diri sebagai barisan intelektual dalam mengawal pembangunan bangsa yang ideal. Mahasiswa selalu berada di garis terdepan dalam membawa dan mengawal perubahan. Mahasiswa dikenal dengan sifat kreatif, dinamis, dekat dengan masyarakat dan selalu menjadi solusi bagi setiap permasalahan bangsa. Karakter tersebut perlu dibangun kembali pada setiap mahasiswa. Namun paradigma yang saat ini lebih dominan beredar di mahasiswa Indonesia sebagai insan akademik adalah “Lulus cepat, langsung kerja.” Sehingga yang sering terjadi adalah penanggalan peran penting mahasiswa sebagai pengabdi masyarakat. Mahasiswa harus tetap dapat menjaga keseimbangan antara kepekaan terhadap lingkungan sosial maupun permasalahan bangsa dan juga kompetensi keilmuwan yang harus dimiliki. Karena mahasiswa diharapkan terus memberikan kontribusi pemikiran dan tindakan dalam membantu masyarakat, karena ia merupakan bagian dari masyarakat. Jika mahasiswa kehilangan intelektualitasnya dan keberanian dalam membela dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, maka nasib bangsa Indonesia tidak akan jelas. Dan rakyat akan menjadi korban dari runtuhnya intelektualitas dan idealisme mahasiswa. Apabila karakter ini dapat terbangun, mahasiswa dan gerakannya akan tetap menjadi tokoh intelektual dan peluang perubahan dalam masyarakat, yang bertanggung jawab dan penuh keberanian.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. 2009. Bangkit dengan Tujuh Budi Utama. Jakarta: PT Arga Publishing.
Buku saku Mahasiswa Etika Tata Tertib Mahasiswa Tahun 2008. Yogyakarta: Bagian Kemahasiswaan UNY.

Tidak ada komentar: